MANGUPURA, BALIPOST.com – Saat malam pangerupukan sehari sebelum hari raya Nyepi, bangkai ogoh-ogoh yang sudah selesai diarak, agar dipralina pada tempatnya. Jangan sampai, bangkai ogoh-ogoh dibiarkan atau diletakkan di jalan maupun diatas trotoar.

Selain itu, saat mengarak ogoh-ogoh, para pengarak diminta supaya tidak merusak taman yang ada. “Ogoh-ogoh hanya setahun sekali, sedangkan kami bikin taman itu bertahun-tahun. Ogoh-ogoh hanya semalam. Kalau besoknya taman sampai rusak, kan malu sama wisatawan,” kata Kepala DLHK Badung, Putu Eka Merthawan, Kamis (15/3).

Baca juga:  Tekan Pencemaran Danau Batur, KJA Ramah Lingkungan Dikembangkan

Ditambahkannya, saat pengarakan ogoh-ogoh, apabila ada pohon perindang yang menghalangi, agar dirompes seperlunya saja. Jangan sampai ada penebangan pohon perindang. “Kami sebelumnya sudah melaksanakan perompesan. Tapi karena banyak, kan tidak menutup kemungkinan ada yang belum terompes maksimal. Nah, kalau ada perompesan oleh masyarakat, mohon dirompes sedikit saja. Jangan sampai batangnya ditebang,” tambahnya.

Ditegaskannya, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup akan ikut siaga pada malam pengrupukan hari Jumat (16/3) hari ini. Karena, momentum tersebut akan tetap diprediksi menyisakan sampah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga:  Sumber Air di Bali, Terancam Parahnya Pencemaran dan Intrusi

Untuk itu, pihaknya akan menyiagakan seluruh personel. “Kami siaga dari pukul 11.00 pada malam pengrupukan hingga pukul 04.00 Sabtu dini hari. Kami kerja ekstra, setahun sekali. Sehingga saat hari Nyepi, Badung sudah cling. Malu kalau saat tahun baru saka, banyak bangkai ogoh-ogoh di jalan,” sentilnya.

Ada sejumlah titik yang akan diatensi. Pertama, di catus pata Mengwi, sebagai titik nol Badung. Di samping sebagai pusat dilaksanakannya tawur agung dan festival ogoh-ogoh, lokasi tersebut juga dekat dengan destinasi wisata warisan budaya dunia, Pura Taman Ayun.

Baca juga:  Iklan Vila Khusus Gay di Seminyak Buat Medsos Heboh

Selanjutnya, yaitu di persimpangan patung Hanoman, Sempidi. Kemudian catus pata Kerobokan, depan Pura Desa Kuta, Legian, Seminyak, dan sekitarnya. “Semakin banyak ogoh-ogohnya, semakin banyak pengunjungnya, semakin besar potensi sampahnya. Mohon kesadarannya, yang menonton silahkan sebanyak-banyaknya, tapi sampahnya sekecil-kecilnya,” pintanya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *