Tumpukan sampah di Jalan Nakula, Kamis (20/11). (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pascaperayaan Galungan, tumpukan sampah terlihat di pinggir-pinggir jalan dan gang-gang di Denpasar. Kondisi ini membuat wajah Kota Denpasar terkesan kumuh. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Terkait persoalan tersebut, DLHK Denpasar menegaskan bahwa pengangkutan sampah dari rumah-rumah warga dan pinggir jalan dilakukan oleh swakelola di masing-masing banjar atau desa. Kabid Persampahan dan Limbah B3 DLHK Denpasar, I Ketut Adi Wiguna, Jumat (21/11), mengatakan, pengangkutan sampah-sampah tersebut bukan kewenangan DLHK.

Baca juga:  Pascadikeluhkan Pemedek, Tumpukan Sampah di Pura Dalem Puri Mulai Dibersihkan

“Itu tugas swakelola, bukan kami. Kami tidak melayani pengangkutan sampah di ruas-ruas jalan, itu tanggung jawab swakelola,” tandasnya.

Dijelaskannya, volume sampah saat hari raya Galungan pasti meningkat. Namun, perhitungan volume pastinya biasanya didapatkan di hari Sabtu atau Minggu pascahari raya Galungan. “Biasanya, Sabtu-Minggu baru kelihatan total semua volume sampahnya. Kalau sekarang kan, prediksi persentase kenaikan antara 15-20 persen,” ujarnya.

Volume sampah saat ini telah bergeser, yang mana saat ini 65 persen sampah merupakan sampah organik (dari sebelumnya 60 persen) dan 35 persen anorganik. “Sudah mulai ada pergeseran sekarang,” ujarnya.

Baca juga:  Dijejali Gunungan Sampah. TOSS Center Klungkung Dikhawatirkan Jadi TPA Baru

Meski ada peningkatan volume sampah, namun diakuinya tidak ada penambahan tenaga kebersihan. Saat ini tenaga kebersihan DLHK Denpasar 1.200-an yang terbagi menjadi beberapa shift. Tugasnya menyapu badan jalan dan area tertentu, mengumpulkan sampah, pengaturan dan pengawasan sampah di lokasi kontainer dan depo transfer, hingga mengangkut sampah ke TPA. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN