
DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat kerap mengeluhkan layanan air minum perumda sering mati dan beberapa wilayah tak kebagian air pada jam – jam tertentu. Hal itu ternyata terjadi karena beberapa hal diantaranya produksi air kurang dan aliran air dari provinsi tak sesuai MoU.
Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Sewakadarma Putu Yasa, Rabu (2/7), mengaku, memang kontinyuitas pengaliran air masih ada kendala. Jika mengacu pada standar nasional, pengaliran air harus 24 jam mengalir, sedangkan Perumda Tirta Sewakadarma baru mencapai 23,8 jam.
“Masih ada daerah- daerah tertentu yang pengalirannya belum sempurna, masih ada airnya mati di jam – jam puncak maupun airnya kecil di jam- jam tertentu,” ujarnya.
Walaupun Non Revenue Water (NRW) PDAM Denpasar sudah menurun dari 35 persen menjadi 34 persen namun masih berada di atas rata- rata NRW nasional. “NRW nasional yang dipatok PUPR adalah 25 persen, kita masih 9 persen di atas NRW yang disyaratkan oleh PU. Ini menjadi kendala,” ujarnya.
Sementara produksi air masih terbatas. Produksi PDAM ini dari produksi sendiri ditambah produksi dari pengaliran SPAM Penet dan Petanu yang merupakan unit usaha Pemprov Bali, belum optimal mengalirkan air ke PDAM Denpasar.
Terkait kendala tersebut, upaya yang dilakukan untuk penurunan NRW yaitu mempercepat perbaikan kebocoran, sudah membentuk tim respon cepat atas petunjuk dari dewan pengawas, pergantian meteran yang umurnya di atas 5 tahun, pembentukan District Meter Area (DMA) yang mulai dipasang 7 Juli mendatang. “Kita sudah mulai pemasangan water meter untuk di 5 DMA,” ujarnya.
Untuk optimalisasi pengaliran SPAM Petanu, ia juga mengusulkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemprov Bali untuk membangun reservoar di Tukad bilok. “Tahun ini terealisasi dimana Januari, reservoar dengan kapasitas 2.000 meter kubik melalui DAK Pemprov Bali terealisasi. Bersamaan dengan itu, kita juga membangun dan melakukan pemasangan pipa sehingga air dari Petanu bisa disalurkan ke wilayah Sanur kauh , dll dan air waribang kita bisa blok menuju ke Sidakarya, dan wilayah lain,” ujarnya.
Walikota Denpasar IGN Jaya Negara didampingi Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dan Sekda Denpasar menyampaikan, meski laba PDAM Denpasar meningkat dari Rp42 Miliar ke Rp47 Miliar dan Non Revenue Water (NRW) turun dari 35 persen ke 34 persen, namun ia berharap agar PDAM dapat terus menekan NRW.
“Yang terpenting adalah bagaimana menekan NRW ini, yang mana standarnya 10 persen tapi kita di atas itu. Karena dengan penurunan satu persen saja, kita melihat ada peningkatan keuntungan menjadi Rp5 Miliar. Bayangkan bila 10 persen bisa kita tekan, walaupun tidak menjadi kelipatan karena bisa dari kinerja lainnya, tapi minimal penurunan NRW 5 persen dampaknya maksimal bagi peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Yang kita kejar itu, bagaimana asupan air ke masyarakat itu maksimal, dan laba meningkat serta kualitas pelayanan kepada masyarakat juga eningkat,” ujarnya.
Selanjutnya pihaknya akan mencari inovasi atau terobosan untuk meningkatkan debit air dengan kualitas, kondisi cakupan air yang sama. “Misalnya, pengembangan meteran airnya sama tapi volume debit air lebih banyak dua kali lipat ia dapat. Pola – pola itu mungkin bisa diterapkan karena kita sudah tidak ada sumber mata air lagi,” ujarnya.
Sementara peningkatan produksi misalnya dengan teknologi mengubah air laut menjadi air tawar memungkinkan dilakukan namun hanya pada titik- titik tertentu. Contohnya di Pelindo yang notabene banyak membutuhkan air sehingga bisa dikerjasamakan antara Pemkot dan profesional dengan tidak mengeluarkan biaya namun bisa mendapatkan keuntungan dengan pemanfaatan air laut.(Citta Maya/Balipost)