Penjor menghiasi areal permukiman warga di Badung, Selasa (22/4) sehari sebelum Galungan.(BP/Pande Paron)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di balik meriahnya perayaan Galungan dan Kuningan, masyarakat Hindu Bali mengenal sebuah masa hening yang justru tak kalah penting: Nguncal Balung.

Tradisi ini berlangsung selama 42 hari, dimulai sepekan sebelum Galungan hingga 35 hari setelahnya. Dalam kurun waktu ini, umat dilarang menggelar upacara besar seperti ngaben atau pernikahan.

Larangan ini bukan tanpa alasan. Ada makna spiritual dan filosofi mendalam yang terkandung dalam tradisi ini.

Berikut lima hal menarik tentang Nguncal Balung, tradisi yang mengajarkan umat Hindu Bali untuk menahan diri, fokus, dan menjaga keseimbangan spiritual:

Baca juga:  Sumbangan Pemilu Tak Signifikan Pengaruhi Ekonomi Bali

1. Pantangan Menggelar Upacara Besar Selama 42 Hari

Nguncal Balung adalah masa pantangan bagi umat Hindu Bali untuk menggelar upacara besar seperti ngaben, pawiwahan(pernikahan), dan melaspas. Masa ini dimulai dari Buda Pon Sungsang (sepekan sebelum Galungan) hingga Buda Kliwon Wuku Pahang (Pegatwakan), total selama 42 hari.

2. Arti Filosofis: “Membuang Tulang”

Secara harfiah, nguncal berarti membuang dan balung berarti tulang. Filosofinya adalah melepas kekuatan Sang Kala Tiga (Bhuta Galungan), yaitu kekuatan negatif yang bisa mengganggu keseimbangan batin umat menjelang dan sesudah Galungan.

Baca juga:  Diapresiasi, Gubernur Koster Perjuangkan Peningkatan Status STAHN ke Institut

3. Dilarang untuk Upacara “Ngewangun”

Meski ada pantangan, upacara yang bersifat rutin seperti piodalan, otonan, atau upacara harian tetap bisa dijalankan. Yang dilarang adalah upacara besar yang membutuhkan “balung” atau kekuatan spiritual penuh.

4. Bukan Sekadar Mitos, Tapi Ajaran tentang Fokus dan Keseimbangan

Nguncal Balung bukan sekadar mitos atau larangan tanpa dasar. Tradisi ini mengajarkan pentingnya konsentrasi spiritual. Karena dalam rentang waktu ini terdapat banyak hari suci, umat diminta untuk fokus menjalani hari raya daripada membagi energi pada upacara besar.

Baca juga:  Kuningan di Pura Desa Panji, Warga Gelar "Naur Sesaon"

5. Penutup Masa Nguncal: Buda Kliwon Pegatwakan

Masa pantangan ini ditutup pada Buda Kliwon Wuku Pahang, yang juga disebut Pegatwakan. Dalam kepercayaan Hindu Bali, hari ini merupakan momen pelepasan kekuatan negatif dan kembali ke keadaan spiritual yang bersih.

BAGIKAN