
DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap enam bulan sekali dalam penanggalan Bali, masyarakat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan. Di Desa Bongan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, ada tradisi unik yang selalu ditunggu-tunggu, yakni Mesuryak.
Tradisi ini bukan hanya tentang bersenang-senang, tapi juga penuh makna spiritual dan kebersamaan. Yuk, simak beberapa hal menarik tentang tradisi ini!
1. Tradisi untuk Mengantar Roh Leluhur
Tradisi Mesuryak dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah datang saat Galungan, dan diantar kembali ke alam baka saat Kuningan. Masyarakat percaya bahwa arwah leluhur akan kembali ke alam suci, dan mereka dilepas dengan penuh suka cita.
2. Suasana Penuh Sorak dan Tawa
Kata “Mesuryak” sendiri berasal dari bahasa Bali yang artinya “bersorak” atau “berteriak riang”. Benar saja, tradisi ini dilakukan dengan semangat kegembiraan. Warga berkumpul, tertawa, dan bersorak saat uang dilemparkan ke udara.
3. Lempar Uang Sebagai Simbol Punia
Dalam pelaksanaannya, warga melemparkan uang kertas ke udara—sebagai simbol “punia” atau persembahan kepada leluhur. Nilainya bervariasi, bisa dari Rp2.000 hingga Rp100.000. Uang yang dilempar akan jadi rebutan warga, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
4. Dulunya Gunakan Uang Kepeng
Dulu, tradisi ini menggunakan uang kepeng (koin khas Bali) sebagai simbol bekal untuk roh leluhur. Namun kini, uang kepeng sudah digantikan dengan uang kertas. Meski bentuknya berubah, makna dan semangatnya tetap sama.
5. Tak Cuma di Bali
Masyarakat Desa Bongan yang merantau pun tetap menjaga tradisi ini. Bahkan di Lampung, tradisi Mesuryak tetap digelar oleh warga asal Bongan sebagai bentuk cinta pada warisan budaya mereka. (Pande Paron/balipost)