Tari Rejang Tumingal ditarikan khusus pada saat Hari Raya Kuningan, terutama pada Umanis Kuningan (sehari setelah Kuningan) hingga Pon Kuningan. (BP/Dokumen iWagu Production)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah perbukitan tenang Karangasem, Bali Timur, ada sebuah banjar kecil bernama Tumingal di Desa Tiyingtali. Di tempat ini, hidup sebuah tradisi sakral yang hanya bisa disaksikan pada waktu-waktu tertentu: Tari Rejang Tumingal.

Tarian ini tidak hanya memancarkan keindahan, tetapi juga menyimpan makna spiritual mendalam yang telah diwariskan lintas generasi.

Berikut tujuh fakta unik tentang tarian ini yang menjadikannya berbeda dari Rejang pada umumnya:

1. Hanya Ditampilkan Saat Hari Raya Kuningan

Tari Rejang Tumingal ditarikan khusus pada saat Hari Raya Kuningan, terutama pada Umanis Kuningan (sehari setelah Kuningan) hingga Pon Kuningan. Ia menjadi bagian penting dalam persembahan suci kepada para dewa dan leluhur di pura banjar.

Baca juga:  Kampanye di Desa Musi, Warga Antusias Sambut Koster-Giri

2. Tidak Ada Batasan Usia atau Status Menstruasi

Berbeda dengan banyak tarian sakral Bali lainnya, semua perempuan di Banjar Tumingal boleh menari, tanpa batasan usia maupun status kesucian (seperti haid). Ini mencerminkan semangat inklusivitas dan pengabdian tulus masyarakat desa.

3. Penarinya Diambil dari Seluruh Kepala Keluarga

Setiap kepala keluarga (KK) di Banjar Tumingal wajib menyediakan satu penari, dan jumlah penari biasanya mencerminkan jumlah KK, yakni sekitar 22 orang. Bila tidak sanggup, keluarga tersebut dikenai denda adat.

Baca juga:  Mulai Bergeser, Pemasangan Penjor Tak Lagi saat Penampahan Galungan

4. Gerakan Spontan, Tanpa Latihan

Para penari tidak melakukan latihan sebelumnya. Mereka menari secara spontan, karena diyakini bahwa semangat ngayahatau ketulusan niat akan membimbing gerakan mereka. Hal ini menunjukkan keyakinan bahwa niat lebih utama dari teknis tari.

5. Diiringi oleh Musik Gending Gambang yang Langka

Tari ini diiringi oleh Gending Gambang, jenis gamelan tua yang kini sudah langka. Suara khasnya menciptakan suasana sakral yang mendalam, memperkuat nuansa religius dalam tarian.

6. Hiasan Kepala Unik Bernama Gempong

Salah satu ciri khas visual Tari Rejang Tumingal adalah mahkota yang dikenakan penari, disebut Gempong. Terbuat dari anyaman bambu dan dihias bunga madori ungu serta hati batang ketela yang dicat merah muda, hiasan ini melambangkan kesucian dan keindahan.

Baca juga:  Terlibat Kasus Prostitusi, WN Tanzania Dideportasi

7. Simbol Keseimbangan Kosmis

Lebih dari sekadar pertunjukan, Rejang Tumingal adalah bentuk komunikasi spiritual masyarakat dengan alam dan para dewa. Ini adalah manifestasi dari filosofi Bali tentang keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur.

Tari Rejang Tumingal adalah cerminan dari betapa kayanya khazanah budaya Bali yang tersembunyi di sudut-sudut desa. (Pande Paron/balipost)

BAGIKAN