Pengguna jalan melintas di depan RSD Mangusada. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Tingginya kebutuhan akan oksigen di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada membuat rumah sakit plat merah ini kelabakan. Pasalnya, suplai sangat terbatas sehingga Badung harus mencari alternatif lain di luar, selain Samator.

Pelaksana Tugas (Plt) Dirut RSD Mangusada, dr. Ketut Japa saat dikonfirmasi Minggu (1/8) membenarkan pihaknya tengah mencari suplai oksigen yang baru selain Lombok. Sebab, oksigen yang didapat dari Lombok hanya 100 tabung gas, sedangkan pemakaiannya di RSD Mangusada mencapai 228 tabung gas. “Kalau di Lombok hanya dapat sekali saja. Itu pun masih kurang. Sekarang, kami tidak bisa dapat lagi, karena kasus di sana meningkat. Bahkan, Pemerintah NTB juga tidak memberikan oksigennya dikirim keluar,” katanya.

Baca juga:  2017, 20 Juta Lebih Penumpang Lalui Bandara Ngurah Rai

Dikatakan, hingga kini dirinya masih kewalahan akan oksigen. Terlebih, kasus di Badung terus mengalami peningkatan dan bed occupancy rate (BOR) mencapai 100 persen. “Untuk oksigen kami masih cukup untuk dua hari ke depan. Tapi kita kan tidak bisa menunggu PT Samator, karena jumlah yang diberikan sedikit hanya 50 Tabung dari 770 tabung oksigen yang dihasilkan setiap harinya,” bebernya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, sampai saat ini masih mencari-cari tempat suplai oksigen untuk memasok oksigen di RSD Mangusada. Sebelum mendapatkan pasokan oksigen, dirinya mengaku mengefisikan penggunaan oksigen. “Kita kan dapat juga oksigen jenis liquid oksigen dari Jawa. Itu juga kami manfaatkan. Pengaturan penggunaan oksigen yang kami terus perjelas, sehingga kita bisa menekan penggunaannya,” tegasnya.

Baca juga:  Setelah 82 Hari Berjuang Melawan Covid-19, Pasien Ini Akhirnya Sembuh

Pihaknya berharap pemerintah Provinsi Bali bisa mengatur atau membantu suplai oksigen di Rumah Sakit yang ada di Bali. Pasalnya penggunaan oksigen kini semakin meningkat.
“Kita sebetulnya tidak enak dengan rumah sakit yang lain, seakan cepat-cepatan membeli oksigen keluar. Kalau lambat tidak dapat, kalau cepat dapat, meski sedikit. Tapi mau gimana lagi ini kan untuk kemanusiaan juga, demi nyawa manusia,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

Baca juga:  Incar WNA, Residivis Jambret Berkedok Jadi Tukang Ojek
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *