MANGUPURA, BALIPOST.com – Pada Minggu (22/3) sekitar pukul 14.48 WITA, gempabumi kembali mengguncang Badung. Lokasi tepatnya di wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara.

Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, ST., Dipl. Seis., M.Sc. gempa jenis tektonik ini memiliki parameter awal dengan magnitudo M=5,2 yang kemudian dimutakhirkan menjadi M=5,0. “Episenter gempabumi terletak pada koordinat 10.96 LS dan 115.16 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 256 km arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 10 km,” jelasnya.

Baca juga:  Belanda Siap Kembalikan 472 Objek Budaya, Termasuk Koleksi Pita Maha dan Keris dari Klungkung

Gempa ini merupakan kelanjutan dari gempabumi sebelumnya yang mengguncang Badung pada Kamis (19/3) dinihari. Gempa berkekuatan 6,3 SR itu memicu belasan gempa susulan dengan skala 3-4,5 SR.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal. Diakibatkan adanya aktifitas subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Eurasia. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun,” ujarnya.

Baca juga:  Batal Helat Piala Dunia U20, Ekonom Sebut Bali Kehilangan Potensi PDRB Senilai Puluhan Miliar

Guncangan gempabumi ini dirasakan di daerah Lombok Barat dan Mataram II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang). Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.

Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan zona outer rise selatan Bali ini patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan. Sebab, zona sumber gempa ini mampu memicu gempa besar dengan mekanisme turun sehingga dapat menjadi generator tsunami. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Kembali, Bali Nihil Tambahan Korban Jiwa COVID-19
BAGIKAN