DENPASAR, BALIPOST.com – Usai Galungan dan Kuningan, umat Hindu khususnya Bali akan merayakan hari raya Nyepi Tahun Caka 1942 yang jatuh pada Rabu (26/3). Berbagai persiapan pengamanan dilakukan Polresta Denpasar, termasuk menghilangkan seram saat pangerupukan.

Pasalnya diwarnai gesekan antar pengusung ogoh-ogoh. Dari data diperoleh di Polresta sekitar 1.092 ogoh-ogoh yang diarak tahun ini, terdiri dari di wilayah Denpasar Barat ada 181 ogoh-ogoh, Denpasar Utara  115 ogoh-ogoh, Denpasar Timur 294 ogoh-ogoh, Denpasar Selatan 306 ogoh-ogoh, Kuta Selatan 104 ogoh-ogoh, dan Kuta 92 ogoh-ogoh.

Baca juga:  Ditelepon Istri hingga Pintu Kamar Diketok Tak Respons, Penghuni Kos Ditemukan Meninggal

“Kalau memang ada  parade atau lomba ogoh-ogoh mohon di-setting sebagai atraksi budaya yang ditunjukkan di depan wisatawan,” tegas Kabag Ops Polresta Denpasar Kompol I Nyoman Gatra, Minggu (1/3).

Menurut Kompol Gatra, harus dikemas dengan apik supayan tidak ada gesekan-gesekan yang bisa viral dan menjatuhkan kredibilitas Bali itu sendiri di mata dunia. “Lebih-lebih saat ini kita mendorong agar pariwisata tetap bergairah pascaisu virus Corona,” ujarnya.

Pihaknya menginginkan pelaksanaan Nyepi dan rangakainnya tahun ini lebih baik dari sebelumnya. Alasannya, kegiatan ini rutin tahunan sehingga  pelaksanaan tahun lalu dievaluasi dan dibenahi tahun ini.

Baca juga:  Oknum Sulinggih Ditahan Karena Dugaan Pencabulan, Ini Tanggapan PHDI

Adanya pengerusakan ogoh-ogoh di Denpasar Selatan diharapkan tidak melebar. Diharapkan tokoh desa adat lebih tegas lagi dengan aturan mainnya. “Tokoh-tokoh desa adat dan politik harus bekerja maksimal sehingga hajatan Nyepi serta menjelang Pilkada Serentak di Bali tetap menjadi ikon yang membanggakan,” tegas mantan Kapolsek Kawasan Laut Benoa, Denpasar Selatan ini.

Perwira melati satu yang fasih Bahasa Inggris  ini mengimbau agar komunitas yang membuat ogoh-ogoh agar bergabung dengan desa adat setempat, guna sebelum diarak ogoh-ogoh tersebut bersama-sama di-plaspas dan rutenya pun sama. Tujuannya adalah untuk mencegah agar pengarakan ogoh-ogoh tidak melewati batas wilayah desa adat masing-masing. “Disinilah kami harapkan sinergitas dan peran serta  tokoh-tokoh desa adat dan agama untuk mengkordinasikannya. Tujuannya supaya perayaan Nyepi dan rangkaiannya berlangsung aman, tertib, nyaman dan sejuk,” ungkap Kompol Gatra. (Kerta Negara/balipost)

Baca juga:  Ditangkap KPK Dugaan Korupsi, Segini Kekayaan Gubernur Sulsel
BAGIKAN