Umat Hindu melakukan ritual melasti di pantai. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Krama Desa Adat Pedungan akhirnya memiliki tempat representatif untuk melasti dan melarung atma wedana. Lokasinya di bagian utara Pelabuhan Benoa. Tempat itu disediakan oleh Pemerintah Pusat melalui Pelindo III.

Bendesa Adat Pedungan Ir. I Gusti Putu Budiartha mengungkapkan, sebelumnya krama Pedungan hanya memiliki tempat yang kecil untuk upacara pitra yadnya. Ketika melaksanakan upacara, masyarakat pun meluber hingga ke jalan raya.

Baca juga:  Ini, Lima Jaksa yang Disiapkan Kajari Denpasar Kawal Kasus Kades Pamecutan Kaja

Hal itu tentu mengganggu lalu lintas jalan tol. Sementara jumlah krama Desa Adat Pedungan lebih dari 15.000 orang.

Artha menuturkan, dulunya wilayah Benoa ini tidak ada pelabuhan, hanya tanaman mangrove. Namun pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat membangun jalan supaya bisa menyandarkan kapal-kapal yang akan datang sehingga lambat laun menjadi pelabuhan.

Perkembangan selanjutnya, ada pembangunan tol. Setelah adanya tol itu sepanjang laut ini ditutup dan dipagari. Masyarakat bingung melaksanakan upacara keagamaan. “Ke mana mereka melarung abunya, bingung tidak diberikan tempat. Di pelabuhan juga tidak diberikan, masuknya juga susah. Akhirnya kami berjuang untuk mendapatkan tempat reprensentatif ini,” tuturnya.

Baca juga:  Desa Adat Pedungan Gelar ”Maligia Punggel” dan ”Mapandes” Massal

Ia menambahkan pihaknya mengapresiasi semua pihak yang telah membantu merealisasikan tempat melasti saat ini. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN