Pascabanjir Bandang, material kayu nampak tersebar di sekitar Danau Batur. (BP/ina)

DENPASAR, BALIPOST.com – Banjir bandang yang membawa lumpur di Songan, Kintamani tidak saja menyisakan kerusakan harta benda penduduk. Danau Batur sebagai sumber mata air Bali juga terdampak karena pendangkalan atau sidementasi akan semakin parah.

Selama ini, salah satu persoalan besar yang dihadapi danau-danau di Bali termasuk Danau Batur adalah sedimentasi. Jika tak ditanggulangi, kemampuan danau menyediakan air yang cukup akan semakin berkurang.

Menurut Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan Unud Dr. Ketut Gede Dharma Putra, M.Sc., terjadinya banjir bandang di Songan, Kintamani, Bangli menyebabkan sidementasi Danau Batur semakin hebat. Oleh karena itu harus ada upaya-upaya yang dilakukan agar tidak mengganggu biota dalam danau.

Baca juga:  Semua Pasien Sudah Sembuh, Bangli "Zero" Kasus COVID-19

Meskipun upaya secara niskala sudah dilakukan dengan yadnya utama, namun, implementasi Danu Kertih dengan pendekatan teknologi berupa pengerukan sedimen dan penataan aliran drainase di sekitar Danau Batur juga perlu dilakukan. “Salah satunya dengan membuat bangunan penghalang lumpur di sepanjang pinggiran danau,” kata Dharma Putra.

Pembangunan terus juga harus diimbangi dengan pendekatan ekonomi yang memberikan pendampingan kepada masyarakat agar melakukan penanaman tanaman keras di sepanjang pinggiran danau. Sehingga tidak lagi menanam jenis sayuran yang menyebabkan tanah di pinggir danau mudah mengalami longsor. “Hentikan pembangunan di sempadan danau agar tidak ada perambahan areal pinggiran danau untuk kegiatan lain selain reboisasi dengan tanaman keras,” tegasnya.

Baca juga:  Jaga Sumber Air Bali, Pakelem di Danau Batur akan Digelar

Selain itu, penerapan peraturan zonasi wilayah perairan danau secara ketat juga perlu dilakukan. Dengan tujuan agar tidak terjadi overkegiatan keramba ikan di wilayah yang bukan peruntukan budi daya perikanan. Sebab, pemberian pakan ikan yang berlebihan akan memicu terjadinya pencemaran danau yang akhirnya mematikan biota perairan. (Winatha/balipost)

 

BAGIKAN