Umat Hindu saat melakukan persembahyangan serangkaian puncak Karya Ida Batara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, Rabu (20/3/2019). (BP/nan)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kemacetan parah belakangan terjadi di sepanjang jalan menuju ke Pura Besakih. Utamanya di hari-hari libur. Terlebih dengan adanya Karya Panca Wali Krama dan Ida Bhatara Turun Kabeh.

Kendaraan pemedek bisa terjebak macet hingga puluhan kilometer dan butuh waktu 5 sampai 8 jam untuk sampai. Terkait hal ini, Ketua Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba mengusulkan pembangunan highway di ruas jalan menuju Pura Besakih. “Highway atau semacam jalan bebas hambatan dengan ruas jalan yang lebih lebar dari jalan sekarang,” ujarnya dikonfirmasi, Sabtu (6/4).

Menurut Tamba, highway bisa dibangun dari arah selatan mulai dari utara kantor Bupati Klungkung menuju ke Besakih melewati ruas jalan Bukit Jambul. Apalagi, ruas jalan itu terkenal berkelok dan sempit serta sering menjadi titik kecelakaan lalu lintas. Dari sana lalu menuju Nongan, Menanga, dan Besakih.

Baca juga:  Akumulasi dari Beragam Faktor, Kemacetan di Ubud Kronis

“Untuk pemedek dari arah Bali Utara, highway bisa dimulai dari jalur Kintamani menuju ke Waringin dan berbelok ke timur di pertigaan Pempatan-Besakih,” imbuh Politisi Demokrat ini.

Tamba menambahkan, Pemprov Bali dan kabupaten/kota di Bali bisa bergotong royong untuk membiayai proyek tersebut. Ini lantaran Pura Besakih merupakan milik dan tanggung jawab bersama 9 kabupaten/kota.

Masing-masing daerah misalnya mengalokasikan Rp 50 miliar, kemudian provinsi antara Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar. “Untuk daerah yang kaya seperti Badung bisa Rp 100 miliar sampai Rp 200 miliar,” jelasnya.

Baca juga:  Basudeva Krisna dan Panca Pandawa Ikuti Gubernur Cup

Kemacetan, lanjut Tamba, jangan sampai menurunkan kualitas umat dalam menjalankan srada bhakti kepada Tuhan. Solusi dari Pemkab dan PHDI Karangasem dengan mengatur jadwal pemedek untuk sembahyang ke Pura Besakih dan menambah jumlah kantong parkir dinilai hanya bersifat situasional.

Dulu, Rsi Markandeya merabas hutan sebagai cikal bakal pendirian Pura Besakih. Hal tersebut bisa dimaknai sebagai pembuatan jalan atau infrastruktur menuju “The Mother Temple of Bali” itu. “Jadi di era modern ini, bukan lagi soal perabasan hutan, tapi bagaimana kita mempersiapkan infrastruktur jalan yang bagus untuk memudahkan umat kita,” tandasnya.

Baca juga:  Diadili Kasus Narkoba, Warga Australia Ngaku Gangguan Jiwa

Diwawancara terpisah, Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, sebetulnya sudah ada jadwal penganyar dari masing-masing kabupaten/kota. Kalau jadwal itu bisa diikuti oleh umat, pihaknya meyakini tidak akan ada kemacetan.

Masalahnya sekarang, para pemedek umumnya mencari waktu untuk bersembahyang pada hari libur yakni Sabtu atau Minggu. Agar tidak menimbulkan kesemrawutan lalu lintas, para pemedek diminta mematuhi apa yang diarahkan petugas lapangan.

Dikatakan, jika semua umat sudah mengikuti arahan dari petugas di lapangan maka semua akan berjalan dengan tertib. Tidak sampai menimbulkan kemacetan di kawasan Pura terbesar di Bali tersebut. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *