DENPASAR, BALIPOST.com – Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau lebih dikenal dengan AirNav Indonesia telah menyiapkan rencana mitigasi bila Gunung Agung mengalami erupsi. Bahkan AirNav telah menyiapkan 10 bandara sebagai alternatif pendaratan (divert) untuk pesawat yang sedang terbang menuju Denpasar, Bali.

“Bila erupsi terjadi, maka pesawat yang akan mendarat di Bali akan dialihkan ke 10 bandara lain. Hari ini kami memanggil para General Manager di bandara-bandara tersebut ke Bali untuk melakukan rapat persiapan bila erupsi terjadi,” kata Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto di Bali, Selasa (26/9).

Baca juga:  Dari 6 Positif COVID-19 yang Baru Diumumkan Pusat, Dua Dinyatakan Sembuh Versi Bali

Ia mengutarakan 10 bandara yang menjadi pilihan pengalihan penerbangan adalah Jakarta, Makassar, Surabaya, Balikpapan, Solo, Ambon, Manado, Praya, Kupang dan Banyuwangi. 10 bandara tersebut disiapkan untuk pesawat narrow body maupun wide body yang menuju Bali. “Untuk pesawat berbadan lebar, bisa dialihkan ke Surabaya. Makassar bahkan Jakarta jika terjadi erupsi,” jelasnya.

Novie menjelaskan, AirNav Indonesia memantau perkembangan Gunung Agung terus menerus. Novie menyampaikan, pemanggilan 10 GM ke Bali menunjukkan keseriusan AirNav dalam menyiapkan rencana mitigasi bila erupsi terjadi.

Baca juga:  Posko Sutasoma Tutup, Sisa Logistik Diserahkan ke Posko Tanah Ampo

Meskipun sampai saat ini, kondisi Gunung Agung belum membahayakan penerbangan sebab sampai saat ini belum mengeluarkan abu vulkanik dan hanya berupa uap air. “Kita bahkan akan melakukan berbagai rencana, termasuk dari siai waktu terjadinya erupsi. Jadi apa yang dilakukan jika erupsi itu terjadi siang dan bagaimana kalau malam. Karena berbeda situasi trafiknya,” kata Novie.

Novie menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan instansi lain seperti PVMBG yang selalu memantau abu vulkanik dengan mengunakan satelit Himawari. Selain itu, AirNav Indonesia juga berkoordinasi dengan sejumlah institusi seperti BMKG serta Darwin Volcanic Ash Advisory Centre, Australia. “Jadi kami memantau semua perkembangan dan bila terjadi erupsi, kami sudah siap,” pungkasnya. (Nikson/balipost)

Baca juga:  Menu Lokal Tak Pernah Membosankan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *