produksi
Pengrajin ikan asin di pesisir Muncar, Banyuwangi sedang menjemur ikan asin, Selasa (1/8). (BP/udi)
BANYUWANGI, BALIPOST.com – Melambungnya harga garam, membuat pengrajin ikan asin di pesisir Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), kelimpungan. Mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi akibat tak mampu membeli garam. Para pengrajin khawatir akan gulung tikar jika harga garam makin tak terkendali.

Harga garam naik tajam hingga 50 persen. Sebelumnya Rp 2.750 per kilogram, naik menjadi Rp 5000 per kilogram. ” Sudah tiga bulan ini harga garam naik. Kita cukup bingung melakukan produksi,” keluh Sahani (54), salah satu pengrajin ikan asin di Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Selasa (1/8).

Yang dikeluhkan lagi, selain harga mahal, pasokan garam juga seret. Padahal, garam menjadi salah satu bahan baku utama ikan asin. Sehingga, pengrajin tak bisa maksimal melakukan produksi. ” Kalau pesanan ikan asin tetap lancar. Bahan baku ikan juga lumayan melimpah, justru garam yang kurang,” kata Sahani. Selama menjadi pengrajin ikan asin, pria ini mengaku baru kali ini harga garam melambung. Biasanya, selalu murah, terjangkau.

Baca juga:  Tak Jual Garam Tradisional Lokal Bali, Gubernur Koster Minta Pemkab Cabut Izin Pasar Modern

Selama ini, pasokan garam didatangkan dari Madura, Jatim. Bahkan, pihaknya sempat berburu garam ke Madura. Hasilnya, para petani garam banyak tidak bisa panen akibat cuaca hujan. Sahani berharap harga garam bisa kembali normal. Sehingga, pengrajin ikan asin bisa produksi dengan baik. ” Kalau sekarang, tak bisa banyak produksi. Harga garam mahal, modalnya tidak mampu,” ujarnya.

Akibat ngadatnya garam, pengrajin juga menaikkan harga ikan asin. Harga komoditi ini naik rata-rata 30 persen. Dicontohkan, ikan asin jenis rencek naik dari Rp 20.000 per kilogram menjadi Rp 35.000 per kilogram. Ikan asin layang besar sebelumnya Rp 15.000 naik menjadi Rp 20.000. Produksi ikan asin ini banyak dikirim ke sejumlah daerah, salah satu ke Buleleng, Bali. Ada juga ke Jember dan Pasuruan, Jatim.

Baca juga:  Terkendala Pemasaran, Pengembangan Beras Hitam Tersendat

Dalam kondisi normal, kata Sahani, pihaknya bisa memproduksi minimal 1 ton ikan asin per hari. Dari jumlah ini, kebutuhan garam mencapai 5 kwintal hingga 1,2 ton per hari. Tergantung jenis ikan yang akan diasinkan. ” Makin besar ikan, makin banyak kebutuhan garamnya,” jelasnya.

Proses pembuatan ikan asin juga dilakukan manual. Ikan segar dicuci, setelah itu direndam dengan air garam, minimal 3 jam. Jika ikan besar perendaman bisa membutuhkan waktu 12 jam. Setelah itu dijemur. Ketika cuaca panas, sehari ikan asin bisa dikirim. Namun, saat mendung, pengeringan membutuhkan waktu lebih lama, bisa sekitar tiga hari.

Baca juga:  Kominfo akan Atur Hak Penerbitan di Platform Digital

Pengrajin ikan asin di Muncar ini merupakan kegiatan turun temurun. Kini, hanya tersisa 26 orang. Seluruhnya mengandalkan pasokan ikan dari tangkapan nelayan setempat. (budi wiriyanto/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *