dewan
Ketua Komisi C DPRD Jembrana IB Susrama ketika mengecek jalan putus di pesisir Yehembang yang tergerus abrasi. (BP/kmb)
NEGARA, BALIPOST.com – Abrasi di pesisir Yehembang, Kecamatan Mendoyo Jembrana kini makin parah. Bahkan akses jalan desa yang ada di pinggir pantai yang menghubungkan jalan dari setra Yehembang ke Pura Rambut Siwi sudah putus bahkan tinggal sejengkal. Ketua Komisi C DPRD Jembrana IB Susrama dan anggota yang mengecek kondisi abrasi di pesisir Yehembang belum lama ini merasa prihatin.

Pihaknya mendesak agar pihak balai segera melakukan tindakan untuk mengamankan senderan dan jalan tersebut. Dikatakan sebenarnya jalan yang putus tersebut tidak hanya akses transportasi alternatif namun juga sebagai jalan subak. “Nanti disini bisa dibuat tanggul dan juga sebagai akses jalan subak, sehingga jika ini diamankan sawah warga juga akan aman. Kami akan koordinasi ke.balai,” jelasnya didampingi anggota Putu Kamawijaya.

Baca juga:  ADD 2018 Berkurang, Perbekel 'Gerudug' DPMD

Dari pengamatan sepanjang hampir satu kilometer pantai dari depan setra Yehembang hingga timur Pura Rambutsiwi hancur. Krib penahan gelombang sepanjang 300 meter juga tampak hancur. Abrasi juga mengancam  pura pelinggih pengayat dewa baruna  yang berada  dipinggir pantai itu, setra dan jalan desa menuju pura Rambut Siwi juga putus karena hanyut.

Kondisi ini juga membuat warga di sekitar yang membuka warung di pinggir pantai resah. Karena sebagian warungnya sudah hancur. Sehingga mereka memasang pengaman dengan mengisi kaping dengan pasir.

Saat ini jarak bibir pantai dengan akses jalan desa tersebut hanya tersisa tidak lebih dari 25 cm. Kondisi ini tentu saja juga mengancam belasan rumah warga dan hektaran sawah di Subak Yehembang.

Sejumlah warga mengatakan jika abrasi di pesisir Yehembang tidak segera ditangani, bukan saja jalan dan rumah warga serta hektaran sawah yang terancam, namun juga mengancam keberadaan Pura Rambut Siwi dan Setra Yehembang.

Baca juga:  Bandar Narkoba Jadi Penadah Motor Curian

Perbekel Yehembang Made Semadi sebelumnya mengatakan pihaknya sudah melaporkan rusaknya krib/senderan  penahan ombak yang diterjang abrasi diwilayahnya ke balai.
Pihaknya juga sudah melakukan langkah fisik berupa pengurugan di bebarapa titik krib yang  tergerus. “Kami  sudah bersurat ke balai, melalui kabupaten saat krib mulai rusak,” jelasnya.

Dikatakan saat kerusakan dengan volume 30 meter, sudah sempat ditanggapi pihak Balai dengan mengukur kerusakan berikut mendatangkan material untuk perbaikan, namun ketika material sudah ditaruh di lokasi, gelombang besar kembali menghanyutkan seluruh material berikut  urugan yang dilakukan secara swadaya oleh  desa.

Dikatakan karena kerusakan semakin parah, sekitar 300 meter, pihaknya kembali mengukur ulang, volume krib yang rusak, termasuk membuat laporan ulang kerusakan  ke Balai  pada bangunan krib yang dibuat  sekitar tahun 2000. Naiknya  ombak tidak hanya  merusak krib, alur sungai yang  berada  di utara kuburan berikut sebuah  jembatan menuju kuburan, juga ikut terkena imbasnya. “Itu sudah dicantumkan laporannya untuk disampaikan ke Balai,“ kata Semadi.

Baca juga:  Belajar Daring Masih Berlangsung, Ini Instruksi Disdikpora

Pihaknya berharap abrasi tidak melenyapkan kuburan di sana. Konstruksi senderan katanya perlu ditingkatkan dengan menggunakan batu armor/bronjong.
Abrasi di pesisir Yehembang sudah sangat parah dan mengancam akses jalan, rumah warga, setra dan Pura Rambut Siwi, termasuk hektaran sawah.

Pihaknya berharap pihak pemerintah segera menangani abrasi tersebut, apalagi pihaknya telah sering melaporkan dan mengusulkan melalui pemerintah daerah. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *