Beberapa pedagang daging babi tengah menunggu pembeli di Pasar Badung di eks Tiara Grosir, Denpasar. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Adanya kasus Meningitis Streptococcus suis (MSS) yang diduga ditularkan lewat olahan daging maupun darah babi yang tidak matang berpengaruh pada permintaan babi di masyarakat. Padahal di hari yang mendekati hari raya Galungan, permintaan babi diharapkan meningkat. Namun karena kasus ini, terjadi penurunan dalam tiga hari terakhir.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa, Rabu (15/3) mengatakan, penurunan ini terasa ketika kasus MSS mulai merebak dan diberitakan gencar oleh media. ‘’Biasanya pemesanan babi hidup 30 ekor. Sekarang ini rata-rata Cuma 20 ekor,’’ ujarnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Sebut Bali Satu-satunya Miliki Organisasi Pengobatan Tradisional Resmi

Meski terjadi pengurangan dalam sisi jumlah, namun dari sisi harga justru cenderung stabil bahkan naik. Saat ini harga babi hidup Rp 28 ribu per kilogram dari Rp 26 ribu per kilogram.

Suyasa berharap pihak pemerintah mengambil tindakan yang cepat dan tepat sehingga kasus MSS ini tidak berpengaruh buruk pada peternakan babi di Bali. ‘’Karena yang terkena imbasnya adalah peternak kecil,’’ ujarnya.

Baca juga:  Karena Ini, Biaya Produksi Ternak Babi Naik

Dalam rangka mengembalikan kepercayaan publik akan keamanan daging babi, Pemkab Tabanan sendiri merencanakan untuk menggelar makan babi guling bersama. Langkah ini untuk memperlihatkan jika daging babi aman untuk dikonsumsi jika dimasak dengan benar dan matang. Kepala Dinas Pertanian Tabanan, Nyoman Budana mengatakan acara ini masih dikoordinasikan. ‘’Kita masih rencanakan kapan dan dimana. Jelasnya akan ada acara ini untuk memberitahukan kepada masyarakat jika mengkonsumsi daging babi itu aman,’’ ujarnya. (wira sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Kembali, Korban Jiwa COVID-19 Bali Bertambah

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *