Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (17/12). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Bank Indonesia (BI) menyoroti besarnya kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan), yakni mencapai Rp2,51 kuadriliun pada November 2025, atau setara dengan 23,18 persen dari total plafon kredit yang tersedia.

Pertumbuhan kredit pada tahun ini pun diperkirakan berada pada batas bawah kisaran 8-11 persen year-on-year (yoy), dan baru akan meningkat pada tahun mendatang.

“Permintaan kredit terindikasi belum kuat dipengaruhi oleh perilaku wait and see dari pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih lambat,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (17/12).

Mengutip Kantor Berita Antara, Perry mangatakan pihaknya telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate​​​) secara signifikan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang 2025 hingga kini berada di level 4,75 persen.

Baca juga:  Diwacanakan, Penggunaan Energi Surya di Tol Bali Mandara

Suku bunga deposito 1 bulan juga telah turun sebesar 67 bps dari 4,81 persen pada awal tahun menjadi 4,14 persen pada November 2025.

Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 24 bps dari 9,2 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96 persen pada November 2025.

Meski demikian, Perry mengatakan bahwa minat penyaluran kredit perbankan umumnya masih cukup baik yang tercermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM.

Baca juga:  Tips Belanja Online Aman dan Antiribet dengan BRImo e-Payment

Hal tersebut, lanjut dia, dikarenakan adanya peningkatan risiko kredit pada kedua segmen tersebut, dengan rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) bruto pada segmen UMKM sebesar 4,5 persen per November 2025.

Kondisi tersebut mempengaruhi pertumbuhan kredit UMKM November 2025 yang terkontraksi sebesar 0,64 persen yoy.

Walaupun kinerja intermediasi perbankan menghadapi tantangan, BI memastikan ketahanan industri perbankan nasional tetap kokoh.

Perry menuturkan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Oktober 2025 meningkat menjadi 26,38 persen, dengan risiko kredit macet terjaga rendah sebesar 2,25 persen untuk NPL bruto dan 0,90 persen untuk NPL neto.

Baca juga:  Kasus MinyaKita, Satgas Pangan Polri Tetapkan Satu Tersangka

Ia mengatakan, kapasitas pembiayaan bank juga tetap memadai ditopang oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang meningkat menjadi sebesar 29,67 persen dan DPK yang tumbuh sebesar 12,03 persen yoy pada November 2025.

Pertumbuhan tersebut, lanjut dia, turut didorong oleh ekspansi likuiditas moneter dan pelonggaran Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia, serta ekspansi keuangan pemerintah termasuk penempatan dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) di beberapa bank besar.

“Hasil stress test Bank Indonesia menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan bayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga,” imbuh Perry Warjiyo. (kmb/balipost)

BAGIKAN