Tim BPD Kota Denpasar mengevakuasi warga yang rumahnya terendam air dengan perahu di Perumahan Widuri Permai di Jalan Atena II, Denpasar, Minggu (14/12). Hujan berkepanjangan yang mengguyur membuat beberapa titik di wilayah Kota Denpasar terendam air. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa titik lokasi di di Bali seolah menjadi langganan banjir saat hujan turun. Seperti Denpasar, Badung, Karangasem yang mengalami banjir beberapa hari terakhir.

Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat resapan air berkurang, sehingga air pun muncul ke permukaan.

Pengamat Lingkungan Prof. Dr. Ir. Luh Kartini., M.Si saat diwawancarai, Senin (15/12) mengatakan, beberapa wilayah di Bali terutama yang bagian selatan menjadi wilayah yang sangat kritis.

Kondisi saat ini terjadi karena resapan air telah banyak tertutup, bahkan di perumahan penutupan resapan hampir 100 persen. Sehingga resapan air sangat sedikit.

Baca juga:  JPU Sebut Mantan Rektor Unud Giring Opini ke Perebutan Kekuasaan

Menurutnya secara aturan pembangunan itu sebelumnya hanya 60 persen dan 40 persen merupakan ruang terbuka untuk resapan air. Kemudian kebijakan tersebut juga bergeser menjadi 70 pembangunan dan 30 persen ruang terbuka.

“Nah sekarang kalau kita lihat di wilayah Denpasar Badung kan itu sangat-sangat juah berkurang ruang terbuka hijaunya,” ujar Guru Besar Universitas Udayana ini.

Persoalan selanjutnya yakni banyak sungai-sungai yang tidak memiliki sempadan lagi. Termasuk laut yang juga hutan bakau sudah tidak banyak ditemui. Menurutnya sungai dan laut itu harus memiliki sempadan yang tiga kali kedalamannya harus ditanami pohon sebagai resapan untuk elastisitas sungai.

Baca juga:  Sehari Nihil, Bali Tambah Lagi Jumlah Korban Jiwa COVID-19

Saat ini kondisi sungai kian dipersempit, sehingga jika sudah hujan air akan sulit diserap. Air akan mencari jalannya sendiri yang menimbulkan banjir.

“Kalau kita lihat dari konsep Lingga Yoni, Lingga itu Gunung dan Yoni itu danau, laut atau sungai, ini sekitarnya harus ditanami pohon untuk menjaga elastissitasnya atau kesuburan. Nah sekarang semua los tidak ada yang bisa menahan air,” ujar Prof Kartini.

Baca juga:  Uji Coba MBG Dilakukan di SDN 2 Selat

Untuk bisa mengendalikan kondisi ini, terutama menghindari terjadinya banjir, fungsi alam harus dikembalikan. Pohon-pohon harus ditanami kembali, sempadan sungai harus dijaga.

Dikatakannya, hukum harus lebih ditegakkan karena semua ini sudah ada aturannya, hanya saja yang terjadi penindakannya masih lemah. “Peraturan harus ditegakan sehingga kita semua bisa selamat. Apalagi sekarang sudah terjadi perubahan iklim dan pemasan global,” imbuhnya. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN