Tembok Dapur Warga Di Banjar Dinas Sabi, Desa Suwug Jebol. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Cuaca ekstrem yang dipicu ancaman siklon tropis kembali menimbulkan bencana di sejumlah wilayah Kabupaten Buleleng. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak Minggu (14/12) sore, hingga malam hari menyebabkan longsor serta robohnya tembok dan senderan rumah warga di beberapa desa.

Di Banjar Dinas Sabi, Desa Suwug, Kecamatan Sawan, tembok kamar mandi, dapur, serta penyengker rumah milik warga atas nama Nengah Remada dilaporkan roboh akibat tergerus air hujan. Peristiwa serupa juga terjadi di Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, dimana senderan rumah milik Putu Jeniarta ambruk setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

Baca juga:  Bencana Longsor, Diduga Sekeluarga Tewas Tertimbun

Sementara itu, longsor pondasi kamar mandi dan dapur juga menimpa rumah warga atas nama Nengah Rudanis. Selain itu, senderan rumah di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, milik Wayan Buda Westrawan turut longsor akibat tanah labil yang tidak mampu menahan debit air hujan.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam rangkaian kejadian tersebut. Seluruh korban telah didata untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui dana Belanja Tidak Terduga (BTT). Sebagai langkah awal, bantuan darurat berupa terpal dan paket sembako telah disalurkan kepada warga terdampak.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Gede Suyasa, saat dihubungi Senin (15/12), mengatakan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini sejalan dengan peringatan BMKG terkait ancaman siklon tropis 1S dan 93S yang diperkirakan berdampak hingga 18 Desember mendatang. “Sejak dua hari terakhir dampaknya sudah mulai dirasakan, mulai dari pohon tumbang, tanah labil, hingga longsor batu. Hujan kemarin cukup terasa intensitasnya,” ujarnya.

Baca juga:  Longsor Ancam Embung Temukus

Guna mengantisipasi potensi bencana susulan, BPBD Buleleng menyiagakan posko terpadu dengan melibatkan 13 organisasi perangkat daerah (OPD). Masing-masing OPD disiagakan selama 24 jam untuk merespons cepat apabila terjadi kondisi darurat. “BPBD sendiri tetap siaga 24 jam meskipun tidak ada kejadian,” tegasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan arahan pemerintah pusat dan analisis potensi ancaman hidrometeorologi, puncak dampak cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada pertengahan Desember hingga Januari. Pada periode tersebut, peluang hujan dengan intensitas tinggi masih sangat besar.

Baca juga:  Buleleng Development Festival 2023, Ny Putri Suastini Koster Menjadi Narasumber Talkshow UMKM

Di tingkat kecamatan, koordinasi lintas sektor juga telah berjalan dengan melibatkan TNI-Polri, pemerintah kecamatan, serta Satpol PP. Upaya mitigasi terus diperkuat melalui program kecamatan tangguh bencana. “Ke depan, tidak hanya musim hujan yang menjadi perhatian. Tahun 2026 akan kami susun pemetaan potensi bencana secara menyeluruh, termasuk antisipasi pohon tumbang agar bisa ditata sejak awal,” pungkas Suyasa. (Yudha/balipost)

 

BAGIKAN