
MANGUPURA, BALIPOST.com – Menyikapi adanya dua orang anak di Bali terpapar paham radikalisme, aparat penegak hukum kini gencar menyambangi sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi para pelajar terpapar radikalisme. Pasalnya, para pelajar saat ini dominan suka game online dan rawan terjerumus paham tersebut. Seperti pada Jumat (12/12), dilakukan sosialisasi di SMA Negeri 1 Kuta Utara.
Kasat Intelkam Polres Badung, AKP I Gusti Lanang Jelantik, S.H., M.H., Sabtu (13/12), mengatakan, selain game online, perundungan juga jadi pemicu seseorang terperangkap ke radikalisme. Menurutnya, bullying (perundungan) bisa dilakukan secara verbal, fisik, sosial dan siber.
Akibat perbuatan tersebut, korbannya bisa mengalami kepercayaan diri yang merosot, takut ke sekolah, mengasingkan diri, menderita ketakutan sosial dan merasa terancam. “Pencegahan bullying ini bisa dilakukan oleh keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat,” ujarnya.
AKP Lanang menjelaskan, perwakilan Satgaswil Bali Densus 88 Anti Teror menyampaikan terkait peristiwa ledakan di SMA 72 Jakarta dilakukan oleh seorang siswa. Perlu diketahui, kejadian di Jakarta tersebut, diawali dari pelaku main game online. Oleh karena itu, Densus 88 akan men-take down game online tersebut. Pasalnya, dari hasil penyelidikan, game online itu bisa menyebabkan pemainnya terpapar paham radikal.
“Dengan kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran siswa terhadap etika, keselamatan, kedisiplinan, serta dampak bullying, dan penyebaran paham radikalisme. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Polres Badung dalam menjaga situasi kamtibmas,” tutupnya. (Kerta Negara/balipost)










