
GIANYAR, BALIPOST.com – Ketenangan warga Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kabupaten Gianyar, kembali terusik. Sudah hampir sepekan terakhir, kawasan tersebut dilanda serangan ribuan ulat bulu yang tidak hanya menggerogoti pohon sandat, tetapi juga merayap masuk hingga ke rumah-rumah penduduk. Serangan ini merupakan kejadian berulang setelah wabah serupa juga melanda wilayah ini tahun lalu.
Tokoh masyarakat Desa Serongga yang juga Wakil Ketua DPRD Gianyar, Ketut Astawa Suyasa, Kamis (11/12), mengatakan, pohon sandat, yang dikenal sebagai ikon dan sumber penghidupan utama masyarakat setempat, kini tampak gundul dan rusak parah akibat serangan ulat. Dampaknya dirasakan oleh ratusan warga.
Ulat-ulat bulu tersebut juga menyebar ke berbagai area rumah, mulai dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, hingga area istirahat. Warga mengeluh sulit tidur dan beraktivitas harian karena rasa gatal serta potensi alergi yang ditimbulkan oleh bulu-bulu ulat.
“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut mengingat dampaknya yang sudah sangat mengganggu aktivitas harian warga,” ucapnya.
Astawa Suyasa memaparkan, warga telah berupaya melakukan penanggulangan secara mandiri, seperti mengumpulkan ulat secara manual hingga menyemprotkan cairan pembasmi serangga rumahan. Namun, upaya tersebut dinilai belum membuahkan hasil maksimal untuk menekan populasi ulat.
Selain masalah kesehatan dan kenyamanan, wabah ini juga menjadi pukulan ekonomi bagi warga yang mayoritas bergantung pada pohon sandat. Melihat kondisi yang terus berulang setiap tahun, warga berharap pemerintah dan instansi terkait segera turun tangan. “Untuk antisipasi, saya mohon pihak terkait bisa membantu untuk penanganannya,” jelasnya.
Astawa Suyasa menegaskan, warga Serongga Tengah mendesak dilakukannya penanganan terpadu, meliputi penyemprotan berskala besar dan kajian mendalam mengenai penyebab berulangnya wabah hama musiman ini. Ia meminta ada langkah pencegahan yang efektif agar kejadian serupa tidak terus berulang.
“Situasi ini menjadi alarm serius bahwa serangan hama musiman bisa berdampak luas, tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat yang sangat bergantung pada hasil alam di wilayahnya,” tuturnya.
Dewa I Nyoman Sudiarta, salah seorang warga, mengaku sangat kewalahan. “Sandat sudah bertahun-tahun menjadi sumber utama penghasilan di Banjar Serongga Tengah. Kalau terus begini, kami sangat kewalahan menghadapi serangan hama,” keluhnya. (Wirnaya/balipost)










