Ketua TPS 3R Paku Sari Kelurahan Panjer, I Nyoman Astawa menunjukkan kompos hasil produksinya. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat hingga pemerintah daerah didorong untuk memaksimalkan pengolahan sampah di sumber, termasuk pemanfaatan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) jika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung ditutup. Di Kota Denpasar, ada 24 TPS 3R atau baru sekitar 50 persen dari total jumlah desa/kelurahan yang ada. Ketersediaan lahan menjadi kendala pembangunan TPS3R di semua desa/kelurahan.

Desa Tegal Harum, salah satunya yang belum bisa membuat TPS 3R karena tidak memiliki lahan. Hal tersebut diakui Perbekel Desa Tegal Harum, I Komang Adi Widiantara saat diwawancarai, Kamis (11/12). Meski demikian sesuai arahan Pemerintah Kota Denpasar maupun Pemerintah Provinsi Bali, pihaknya telah melakukan beberapa upaya untuk menangani sampah.

Baca juga:  Tabanan Dorong Sentra Industri Unggulan Tiap Kecamatan

Seperti pembuatan teba modern, kantong komposter serta pemilahan sampah. “Namun semua upaya itu masih membutuhkan penangan sampah yang lebih tinggi yakni TPA,” ungkapnya.

Sementara itu, di Desa Kesiman Kertalangu yang telah memiliki TPS3R pengolahan sampah mengalami kendala keterbatasan SDM. Menurut Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, I Made Suena, jumlah sampah yang masuk ke TPS3R setiap harinya mencapai 15 ton.

Dari 15 ton tersebut, 7 ton merupakan sampah organik. Dan dari 7 ton sampah organik, 4 ton yang bisa diolah per hari, sehingga pengolahan sampah berlanjut di hari berikutnya. Untuk sampah anorganik memanfaatkan bank sampah serta sampah residu dibuang ke TPA.

Dikatakan Suena, pengelolaan sampah di desanya dimulai dari hulu, yakni pemilahan langsung dari sumber. Sampah yang diangkut dari rumah tangga hingga pelaku usaha telah dipilah antara organik, anorganik bernilai, dan residu. Sampah organik tersebut diolah menjadi media tanam dan bahan baku budidaya magot.

Baca juga:  Tembok GWK Mulai Dibongkar, DPRD Bali Tunggu Respons Warga

Demikian juga dari hasil pengolahan tersebut, pihaknya telah memiliki pasar melalui kerja sama dengan paguyuban stan bunga yang ada di wilayah Desa Kesiman Kertalangu. Sementara untuk pengolahan magot, desa menggandeng Magifarm, pihak swasta yang bergerak khusus di bidang budidaya magot.

“Permintaannya sebenarnya tinggi. Media tanam kami terserap pasar dan terus diminta,” ungkapnya.

Ia mengatakan TPS 3R Kesiman Kertalangu mampu menghasilan 3.000 sak media tanam setiap bulan, sementara permintaan mencapai 1.000 sak.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Arya Wibawa mengatakan, dalam pengolahan sampah Pemkot Denpasar sendiri akan menggenjot pembuatan teba modern, pembagian kantong komposter, pemaksimalan TPS 3R serta PDU. Hingga akhir tahun, Denpasar menyiapkan 3.220 teba modern (teba vertikal), 3.595 tong komposter yang akan dibagikan kepada masyarakat, sehingga total 6.815 unit sarana pengolahan sampah berbasis sumber yang akan tersebar di desa/kelurahan.

Baca juga:  Ini, Capaian Pembangunan Daerah di Bawah Kepemimpinan Suwirta-Kasta

Denpasar juga mengoptimalkan 24 TPS 3R serta tiga Pusat Daur Ulang (PDU) Padangsambian Kaja, Ketelangu, dan Tahura juga mulai dioptimalkan. Meski demikian seluruh upaya tersebut hanya mampu menangani sampah sekitar 500 ton per hari. Sementara produksi sampah di kota denpasar rata-rata mencapai 1.000 ton per hari. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN