
TOKYO, BALIPOST.com – Pascaguncangan gempa bermagnitudo 7,5 SR, Jepang mewaspadai gempa yang lebih besar.
Badan Meteorologi Jepang menyatakan gempa besar yang terjadi pukul 23.15 hari Senin waktu setempat di lepas pantai timur Prefektur Aomori pada kedalaman 54 kilometer, dapat diikuti oleh gempa dengan kekuatan yang sama atau lebih besar dalam beberapa hari mendatang.
Dikutip dari Kantor Berita Antara, jumlah korban luka akibat gempa magnitudo 7,5 di timur laut Jepang meningkat menjadi setidaknya 50 orang pada Selasa (9/12), setelah gempa tengah malam itu mengganggu transportasi, pasokan air, dan operasional sekolah.
Ini pertama kalinya badan tersebut mengeluarkan peringatan semacam itu, yang dibuat untuk wilayah pesisir Hokkaido dan Sanriku setelah gempa besar dan tsunami Maret 2011 yang meluluhlantakkan Jepang timur laut.
Peringatan tersebut mencakup 182 kotamadya di tujuh prefektur, dari Hokkaido hingga China, di sebelah timur Tokyo.
Perusahaan transportasi JR East mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menangguhkan layanan kereta peluru di Jalur Tohoku Shinkansen antara Stasium Morioka dan Shin-Aomori untuk inspeksi setelah gempa, tetapi operasi dilanjutkan sekitar pukul 15.40 waktu setempat.
Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengimbau masyarakat di wilayah tersebut untuk tetap waspada terhadap informasi dari pemerintah daerah dan badan meteorologi selama sekitar seminggu ke depan dan untuk bersiap menghadapi kemungkinan gempa susulan, termasuk dengan mengamankan perabotan.
“Pemerintah meminta warga untuk melanjutkan aktivitas sosial dan ekonomi sambil tetap siaga untuk segera mengungsi jika ada guncangan yang terasa,” ujar Takaichi.
Korban luka dilaporkan di Hokkaido, serta Prefektur Aomori dan Iwate, sementara puluhan orang masih berada di pusat-pusat evakuasi hingga Selasa pagi.
Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara mengatakan 31 dari sekitar 80 pasien di rumah sakit yang rusak akibat gempa di Mutsu, Prefektur Aomori, telah dipindahkan ke fasilitas terdekat atas permintaan rumah sakit oleh Tim Bantuan Medis Bencana, petugas pemadam kebakaran, dan Pasukan Bela Diri.
Rumah sakit tersebut terendam sebagian setelah sistem sprinklernya rusak.
Pemerintah mengatakan sekitar 1.360 rumah di Prefektur Aomori dan Iwate mengalami kekurangan air akibat pipa yang rusak.
Kegiatan belajar mengajar ditiadakan di 139 sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas negeri di Prefektur Aomori dan 48 sekolah di Hokkaido, menurut Kementerian Pendidikan dan pemerintah daerah.
Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi mengatakan sebuah pangkalan udara Pasukan Bela Diri Maritim dan sebuah kamp Pasukan Bela Diri Darat di Hachinohe, Prefektur Aomori telah dibuka untuk umum sebagai pusat evakuasi dan telah menampung sekitar 620 orang dan sekitar 270 kendaraan pada satu titik.
Banyak orang terpaksa mengungsi dalam cuaca dingin yang membekukan ketika gempa bumi melanda, dan peringatan tsunami dikeluarkan. Peringatan tersebut diturunkan menjadi imbauan lebih dari tiga jam setelah gempa dan dicabut pada pukul 06.20 pagi hari Selasa waktu setempat.
Di sebuah balai kota di Hidaka di pesisir Pasifik Hokkaido, lebih dari 200 orang, termasuk lansia dan anak-anak, mengungsi, berusaha tetap hangat dengan selimut dan penghangat yang dibagikan. Pada Selasa pagi, suhu di desa tersebut mencapai minus 7,8 derajat Celcius.
Tidak ada kelainan yang dilaporkan di pembangkit listrik tenaga nuklir di Hokkaido atau prefektur timur laut Aomori, Miyagi, dan Fukushima.
Badan Meteorologi Jepang, yang merevisi magnitudo dari 7,6 yang dilaporkan sebelumnya, memperingatkan gelombang tsunami hingga 3 meter setelah gempa. Gelombang tsunami tertinggi yang terpantau adalah 70 cm di Iwate.
Gempa tersebut terjadi di area di sepanjang palung yang membentang di lepas pantai Hokkaido dan timur laut Jepang, tempat gempa besar dapat dipicu oleh subduksi lempeng Pasifik di bawah pulau utama Honshu, menurut badan tersebut.
Sistem untuk mengeluarkan peringatan khusus dari badan meteorologi setelah gempa besar di sepanjang palung tersebut, yang disebut “Peringatan Gempa Susulan di Lepas Pantai Hokkaido dan Sanriku,” mulai beroperasi pada Desember 2022.
Sistem peringatan itu disusun berdasarkan pelajaran dari gempa bumi tahun 2011, yang memicu tsunami dahsyat dan bencana nuklir Fukushima.
Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo memastikan bahwa WNI di Jepang dalam keadaan aman usai gempa bermagnitudo 7,5 mengguncang wilayah timur laut Jepang pada Senin (8/12) waktu setempat.
“Dari proses komunikasi dan koordinasi dengan sejumlah simpul komunitas Indonesia di Jepang, KBRI Tokyo mendapat informasi bahwa WNI di wilayah Hokkaido, Aomori, dan Iwate dalam keadaan selamat,” ucap Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Muhammad Al Aula.
Menurut Al Aula, beberapa saat setelah gempa, KBRI Tokyo langsung menjalin komunikasi dengan simpul WNI di Prefektur Aomori, Hokkaido, dan Iwate untuk mengetahui, antara lain, kondisi para WNI, keamanan tempat tinggal mereka, akses evakuasi, dan ketersediaan makanan.
“Saat ini WNI di wilayah terdampak dilaporkan sudah kembali melakukan aktivitas seperti biasa,” kata pejabat di KBRI Tokyo itu.
Ia juga menyampaikan bahwa KBRI Tokyo masih belum menerima informasi soal permintaan evakuasi yang mendesak dari WNI yang ada di wilayah terdampak gempa.
Menurut catatan KBRI Tokyo, jumlah WNI di Aomori ada 1.000 orang, sementara di Iwate ada 1.500 orang, dan di Hokkaido ada 8.000 orang.
Lebih lanjut, Al Aula menyampaikan bahwa KBRI Tokyo bersama KJRI Osaka terus mengupayakan pelindungan WNI secara maksimal, antara lain berkoordinasi dengan otoritas wilayah terkait serta mengikuti mekanisme mitigasi bencana yang sudah terbangun dengan baik.
KBRI Tokyo mengimbau seluruh WNI agar tetap tenang dan berkegiatan seperti biasa dengan tetap meningkatkan kewaspadaan. Para WNI juga diharapkan terus memantau situasi serta mengikuti instruksi otoritas setempat, termasuk mempelajari rute evakuasi dan menyiapkan tas darurat, dokumen penting, serta uang tunai secukupnya.
WNI yang menghadapi situasi dan kondisi darurat dapat menghubungi Hotline KBRI Tokyo di +81-80-3506-8612 dan +81-80-4940-7419 atau KJRI Osaka di +81-80-3113-1003, kata dia. (kmb/balipost)










