
DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk memenuhi kebutuhan sampah 1.500 ton per hari dalam proyek pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL), 200-300 ton diambil dari sampah existing yang ada di TPA Suwung. Namun Denpasar sendiri akan mengirimkan sampah 700 ton per hari untuk proyek itu. Demikian diungkapkan Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Rabu (29/10).
Setelah PSEL jadi, Pemkot Denpasar wajib menyiapkan sampah minimal 700 ton sehari dan bisa lebih dari itu. “Kalau sebanyak- banyaknya dibutuhkan, idealnya di desa- desa hanya mengumpulkan, kita angkut dengan truk yang lebih berkualitas,” ujarnya.
Menurutnya semua jenis sampah dapat masuk pengolahan PSEL termasuk sampah existing yang ada di TPA Suwung. “Itu akan diambil rata-rata minimal 200- 300 ton per hari karena targetnya minimal 1.500 ton per hari yang dibutuhkan PSEL,” ujarnya.
Masuk sampah lama TPA Suwung ke PSEL karena sampah ini juga memiliki kandungan gas metan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan energi listrik yang tinggi juga. Terkait sampah basah menurutnya, hal itu bergantung pada kemampuan teknologi PSEL untuk mengolah sampah tersebut.
“Idealnya yang biasanya sampah basah, di tempat pembuangan PSEL itu pasti ada pengatur pengeringan karenan panas pembakaran sampai di atas 1.000 derajat celcius,” ujarnya.
Namun demikian, sambil menunggu 2 tahun pembangunan infrastruktur PSEL selesai, dikatakan Denpasar tetap berinovasi mengelola sampah.
Dengan demikian nantinya TPS3R di desa nantinya diharapkan dapat difungsikan dengan lebih inovatif. “Otomatis akan tutup dengan sendirinya,” imbuhnya.
Wali Kota juga menegaskan bahwa tidak ada KK yang terdampak di sekitar lokasi pembangunan PSEL. Hal itu ia pastikan, karena tanah seluas 6ha ini merupakan lahan kosong “Tidak ada KK yang kena, kita hanya perlu ngurug saja. Tapi pada prinsipnya kami tidak ingin merugikan masyarakat dan sangat menghormati hak masyarakat ,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Lingkungan Banjar Pesanggaran I Putu Sucipta, mengatakan, lahan yang akan digunakan untuk PSN PSEL yang berlokasi di barat jalan itu memang dekat dengan permukiman penduduk dan mengenai penduduk yang jumlahnya sekitar 20 KK. Maka dari itu ia berharap dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Ia menuturkan, rencana lahan untuk PSN WtE tersebut adalah lahan Pelindo yang sebelumnya pernah dimanfaatkan untuk tambak udang dan selama ini sudah tidak produktif lagi. Sebelum dibuat tambak udang memang lahan itu hutan bakau.
Masyarakat Pesanggaran berharap proyek PSN ini tidak menjadi proyek yang hanya memindahkan masalah dan menimbulkan masalah baru. Karena menurutnya, dari sekian banyak proyek tentang sampah di TPA ini tidak ada yang menyelesaikan masalah, tetapi malah menimbulkan masalah baru.(Cita Maya/balipost)










