
DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah kondisi bangunan gedung SMA Negeri di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung kondisinya memprihatinkan. Pasalnya, beberapa gedung plafonnya jebol. Bahkan, tiang-tiang penyangga bangunan keropos yang sangat membahayakan.
Hal ini diungkap oleh Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Nyoman Suwirta saat berkunjung ke SMAN 1 Nusa Penida, SMAN Satap Klumpu, dan SMAN Satap Tanglad bersama para anggota Komisi IV DPRD Bali, Jumat lalu (23/10).
Suwirta mengaku prihatin melihat kondisi beberapa gedung di sekolah tersebut sudah dalam kondisi tidak baik. Bahkan, di SMAN 1 Nusa Penida ada tiang-tiang beton bangunan penyangga gedung sudah retak. Hal ini dikhawatirkan berbahaya bagi siswa dan guru.
“SMAN 1 Nusa Penida itu bangunan-bangunannya di dalam tiang-tiang atau tiang-tiang beton sudah retak-retak semua, bahkan murid takut tinggal di tempat itu, karena sudah semua terbuka,” ungkap Suwirta saat ditemui usai mengikuti Rapat Paripurna ke-10 DPRD Bali, di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (28/10).
Begitu halnya di sekolah SMAN Satap Klumpu dan Tanglad. Di sini, plafon-plafon ruang kelas kebanyakan jebol. “Kemudian saya masuk di SMAN Satap Klumpu dan Satap Tanglad, juga sama kondisinya. Bahkan Satap Klumpu itu, semua atap itu bocor. Dari jauh saja kalau baru kita masuk, ini kok berlobang atapnya, bahkan tidak ada bangunan baru di sana,” ujarnya.
Kondisi ini, kata Suwirta menyebabkan banyak siswa lebih memilih bersekolah ke SMKN 1 Nusa Penida. Sehingga, jumlah siswa di SMAN Satap Klumpu dan Tanglad berkurang. “Sengan situasi seperti itu, jadi siswa atau anak-anak kita itu memilih ke sekolah yang lain, dia malah turun ke SMK,” tandasnya.
Oleh karena itu, mantan Bupati Klungkung 2 periode ini tidak ingin membiarkan kondisi ini terus terjadi. Pihaknya akan segera menggelar rapat dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali. Dan melaporkan kondisi ini ke Gubernur Bali agar mendapat prioritas penanganan.
“Saya berharap nanti Pak Kadis Pendidikan, Pak Gubernur bisa menjadikan prioritas sekolah-sekolah yang ada di pelosok-pelosok ini. Karena bagaimana pun juga Nusa Penida ini tidak ada pilihan lain mereka sekolah, karena mereka ada di kepulauan, ya kalau mereka sekolah nyebrang lagi ke Klungkung daratan, tentunya ini kan kos tinggi lagi, apalagi anak-anak kadang-kadang mempunyai kemauan yang tinggi, tidak melihat kemampuan orang tua, menyebabkan nanti kemiskinan itu akan semakin tinggi,” ujar Suwirta.
Suwirta kembali menegaskan bahwa ketiga sekolah yang dikunjungi tersebut memang tidak layak ditempati untuk belajar. “Sekali lagi, dari ketiga sekolah itu, ketiga-tiganya tidak layak ditempati. Banyak bangunan yang sudah rusak, bahkan ada bangunan baru yang pelaponnya semua hilang sama sekali. Tidak ada pelapon sama sekali,” tegasnya.
Suwirta mengungkapkan bahwa pihak sekolah sudah mengajukan proposal untuk perbaikan gedung yang rusak tersebut. Namun, karena tidak ada yang mengawal proposal mereka, sehingga belum ada respon dari pihak terkait. “Saya nanti selaku wakil rakyat kebetulan Dapil klungkung, saya berusaha untuk meyakinkan Pak Kadisdik dan Pak Gubernur agar sekolah-sekolah di pelosok ini, tetap sama kualitasnya dengan yang ada di perkotaan,” ujarnya.
Selain kondisi fisik bangunan, ada sejumlah keluhan yang diungkapkan masing-masing sekolah. Ada yang belum mempunyai lapangan olahraga dan sarana-prasarana belum lengkap, seperti belum memiliki gong. Padahal, gong penting dimiliki sekolah di tengah-tengah upaya kita melestarikan adat dan budaya Bali.
Terkait guru, Suwirta mengungkapkan sekolah ini masih kekurangan guru BK. “Guru BK yang kurang. Dan teman-teman kita kemarin saat rekrutmen CPNS, terutama yang ada dari Sumatera, kemudian dari Jawa, yang dari Bali daratan ini kadang-kadang banyak yang sudah pindah. Baru satu tahun, dua tahun, sudah hilang semua. Tentu ini menjadi peluang sebenarnya, bagi adik-adik kita dari Nusa Penida untuk sekolah guru. Agar nanti mereka bisa melamar di rumahnya sendiri,” pungkasnya. (Winata/balipost)










