
DENPASAR, BALIPOST.com – Hingga saat ini dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di Denpasar baru ada 8 unit. Untuk melayani murid, ibu hamil dan balita di Denpasar, perlu sekitar 35-40 SPPG dengan satu SPPG melayani 3.000-4.000 penerima manfaat.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Denpasar A.A. Gede Wiratama, Kamis (23/10) mengatakan, dengan adanya 8 SPPG tersebut belum mencukupi untuk memberikan MBG kepada semua murid di Denpasar. Bahkan belum semua sekolah tersentuh MBG karena SPPG masih sedikit.
Namun rencananya tahun ini akan dibuka dua SPPG lagi. Hingga saat ini jumlah penerima manfaat 31.637 semua jenjang sekolah, bumil, busui dan balita.
Ia menilai, untuk membangun SPPG di Denpasar agak sulit karena keterbatasan lahan dan harus memenuhi regulasi yang disiapkan. “Karena ada aturan lahan jadi sulit. Lahan Pemkot kan tidak ada, hanya provinsi yang punya,” ujarnya.
Namun diakui keinginan membangun SPPG ada. Ia berharap supply MBG ke sekolah-sekolah yang telah terdata lancar, selain itu BGN juga telah membuka peluang untuk dibukanya SPPG- SPPG baru. “Mudah-mudahan semakin banyak yang ikut,” imbuhnya.
Ketua Yayasan Pradnya Widya Laksana I.B. Nyoman Bharata Satama Laksana didampingi Asisten Lapangan Ni Luh Sridani yang menaungi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Waribang, Denpasar Timur beroperasi sejak 22 September lalu, sebagai penyedia Makanan Bergizi Gratis (MBG). SPPG ini telah melayani 2.646 siswa atau penerima manfaat. Untuk membangun dapur setidaknya lahan yang dibutuhkan minimal 800 meter persegi.
Untuk memastikan kualitas makanan tetap baik, proses memasak dilakukan mulai pukul 01.00 dini hari dan pukul 04.00 dini hari mulai meletakkan porsi yang sesuai ke tray dan jam 07.00 didistribusikan ke sekolah.
Namun pada beberapa jenis makanan seperti sayur dimasak dalam waktu tidak terlalu jauh ketika akan dikonsumsi. “Kami setiap akan pendistribusian, sudah siapkan ahli gizi yang mengontrol untuk uji lab. Jadi setiap penyajian, kami ambil 2 sampel untuk diuji,” ujarnya.
Selama memproses makanan, relawan dan tukang masak juga dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) seperti hair cap, sarung tangan, apron, dan alas kaki khusus. (Citta Maya/balipost)