Menjelang berakhirnya Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih di Puri Agung Jro Kuta, digelar prosesi Nyenuk pada Sabtu (11/10). (BP/suk)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang berakhirnya Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih di Puri Agung Jro Kuta, digelar prosesi Nyenuk pada Sabtu (11/10). Prosesi yang digelar dengan iring-iringan masyarakat menggunakan 5 warna pakaian ini melibatkan 3 banjar di lingkungan Puri Agung Jro Kuta.

Manggala Prawartaka Karya I Gusti Ngurah Bagus Manu Raditya saat ditemui di sela-sela prosesi mengatakan, tiga banjar yang terlibat dalam prosesi ini yakni, Banjar Balun, Banjar Panti Gede dan Banjar Gedong Gede. Nyenuk atau Sapa Nyenuk kata dia, memiliki arti menyapa tamu secara niskala.

Baca juga:  Kodam IX/Udayana Salurkan Paket Beras

Prosesi ini menandakan akhir dari uparacara yang tiga hari setelahnya akan dilakukan penyineban (penutup) Ida Batara.

Prosesi Sapa Nyenuk ini memiliki 5 unsur atau Padma Buana terdiri dari merah (selatan), Putih (timur), Kuning (barat), Hitam (utara) dan Brumbun (tengah). “Warna-warna ini yang nantinya mencerminkan datangnya tamu secara niskala,” terangnya.

Ada pun prosesi pertama dalam Nyenuk Sapa ini diawali dengan Ida Batara tedun yang dibarengi prosesi nyatur desa dengan diiringi beberapa gambelan juga masyarakat setempat.

Baca juga:  WNA Aniaya Polisi dan Satpam di Pecatu

Setelah prosesi Nyatur Buana dilanjutkan dengan Sapa Nyenuk dengan dibarengi dengan tarian Topeng Sidakarya sembari memberi wejangan kepada tamu-tamu niskala yang hadir ke puri menghadiri undangan dari pemilik upacara.

Setelah prosesi Sapa Nyenuk ini kata Turah Manu keesokan harinya kembali digelar prosesi Bakti Pengayaran dan Penyineban akan dilakukan pada 13 Oktober nanti. pada upacara Penyineban dilakukan prosesi Nuek Bagia Pulakerti yang mengisyaratkan bahwa upacara sudah berakhir.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Balik ke 3 Digit, Korban Jiwa Dilaporkan 3 Wilayah

Ada pun rangkaian Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih Puri Agung Jro Kuta telah berlangsung sejak 30 September lalu dengan upacara Tawur Balik Sumpah.

Kemudian puncak karya berlangsung pada 6 Oktober lalu bertepatan dengan Purnama Kapat. Sehari sebelum puncak karya juga digelar prosesi Mepeed serta Nyanggra Ida Sesuhunan Pura Uluwatu serta Sesuhunan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Pemogan. (Widiastuti/Suka Adnyana/balipost)

BAGIKAN