Gedung, parkiran beserta properti sejumlah tenan atau pedagang yang tersedia di Graha Yowana Suci (GYS) di Denpasar. Pemkot Denpasar merancang gedung ini untuk mendukung bisnis anak muda. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Graha Yowana Suci (GYS), salah satu pilihan tempat nongkrong generasi Z Denpasar. GYS yang dulunya merupakan areal terminal, kini berubah wujud menjadi tempat untuk menyalurkan kreativitas, santai, dan menggelar berbagai event.

GYS dulunya dikenal dengan sebutan pertokoan Suci Plaza. Tempatnya sangat strategis di sudut perempatan Jl. Diponegoro-Hasanudin-Sumatra.

Sebelum beralih fungsi, dulunya adalah pasar senggol, pompa bensin, dan terminal.  Bahkan, di zaman kejayaan Suci, sebagai terminal ada lagu Bali yang sangat populer mengisahkan perjalanan para sopir bemo roda tiga yang melintasi terminal Suci, menuju terminal Kreneng dan berakhir di terminal Ubung.

Sebelum berubah wajah menjadi jejeran toko emas dan parkir bawah tanah, di akhir 1980-an, tempat ini menjadi pusat kehidupan malam kota Denpasar. Di kawasan ini lah awal istilah nasi jinggo muncul.

Pada siang hari, Suci merupakan terminal untuk angkutan dalam kota dan antarkota. Untuk angkutan antarkota, Suci menghubungkan Suci-Sanglah; Sanglah-Suci-Gajah Mada; dan akhirnya juga Suci-Ubung.

Periode 1970-an dan 1980-an, angkutan kota dilayani bemo roda tiga. Sebelum terminal Ubung beroperasi, Suci merupakan salah satu tempat mangkal mini bus yang melayani angkutan ke arah barat, seperti Tabanan dan Negara.

Sejalan dengan usaha mempercantik dan mempermodern Kota Denpasar, kawasan Suci sebagai senggol, pompa bensin, dan terminal lalu digusur. Ini terjadi menjelang akhir tahun 1980-an. Di bekas senggol Suci berdiri Suci Plaza.

Lokasi senggol Suci diubah menjadi pertokoan bertingkat dan di bawahnya untuk parkir. Seperti pertokoan lain, Suci Plaza pun tak berhasil membuat Denpasar mentereng. Banyak toko tidak laku, belum lagi kualitas bangunannya kurang begitu tinggi, kebocoran menjadi persoalan saat musim hujan.

Baca juga:  Direncanakan, Pembentukan Perusda untuk Maksimalkan Pengelolaan Pasar Tradisional di Bangli

Arena parkir bawah tanah semula tampak ideal, tapi perkembangan jumlah mobil yang begitu cepat, membuat kehadirannya tidak banyak memberikan solusi.

Renovasi wajah Suci kembali dilakukan. Pertokoan Suci yang kini menjadi Graha Yowana Suci (GYS) diluncurkan oleh Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar pada 29 Desember 2023 sampai 2 Januari 2024.

IB Kompyang Wiranata, selaku Dirut Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar menjelaskan Graha Yowana Suci diharapkan memberikan peluang masyarakat yang ingin berjualan sekaligus dapat menampung anak muda yang kreatif. “Selain itu kami juga berharap ke depannya nanti pertokoan GYS ini dapat menjadikan perputaran ekonomi masyarakat Denpasar,” jelasnya.

Kini, areal GYS juga terpantau masih sepi. Padahal, secara fasilitas dan tempat GYS menawarkan banyak pilihan dan ruang untuk beraktivitas.

Sebagian besar pengunjung yang datang ke GYS  merupakan anak muda baik dari generasi milenial, gen Z dan gen alpha. “Asumsi kami gen Z 70 persen, Gen alpha 25 persen dan gen milenial 5  persen,” papar Kepala Satuan Pengawas Internal (SPI) I Ketut Hadi, Jumat (10/10) .

Tak heran jika pascarenovasi, GYS kini menjadi salah satu tempat strategis untuk nongkrong generasi muda. Di sini, sejumlah tenant yang ada merupakan tenant-tenant kekinian mulai dari kafe kopi hingga kafe gamers.

Sayangnya, memasuki tahun 2025 merupakan tahun yang berat bagi GYS. Tahun ini pengelolaan GYS  minim anggaran sehingga GYS jadi minim event. Menyusutnya ruang ekonomi kreatif, GYS juga memberi ruang bagi olahraga khususnya tenis meja, ruang seni dan musik.

Baca juga:  Ini, 5 Alasan Honda Genio Layak Jadi Tunggangan Harian

“Komunitas yang ada di masyarakat, kami persilakan menggunakan ruang ini, terutama di ruang pameran, sepanjang kegiatan mendukung berkembangnya sebuah ekosistem kita senantiasa terbuka,’’ ujarnya. Bahkan kegiatan pengarakan ogoh–ogoh mini juga sempat digelar di GYS.

Event-event ini cukup mendongkrak tingkat kunjungan ke GYS. Terlihat dari rata-rata kunjungan pada 2024 mencapai 200-300 kendaraan yang tercatat parkir di basement gedung.

Apalagi tahun 2025 yang merupakan tahun efisiensi anggaran telah berdampak pada operasional GYS. GYS yang masih terbilang muda, belum mampu mendatangkan peningkatan kunjungan  yang signifikan. Karena salah satu faktor pendorong kunjungan dengan berbagai event, kegiatan termasuk fasilitas GYS, belum bisa dilakukan tahun 2025.

GYS terdiri dari 4 lantai, dengan lantai 1 dan 2 merupakan lokasi tenant, sedangkan lantai 3 dan 4 merupakan area perkantoran dan lapangan tenis meja. Hingga saat ini tenant GYS telah terisi penuh dengan jumlah 19 pelaku UMKM.

Pada lantai 1A terdapat tenant DnD, Twist n Bite, Bakpao Yongsan, Kureha Shop, Tisgumi, Nobuyuki, Warung Story, Frontier, Yourbae toast, dan Babi Genyol Luh De. Pada lantai 1B terdapat tenant Semeja, Saang, Particular, Megaya, dan Degav. Sedangkan di lantai IIA terdapat tenant Koperasi Sida Sidi, Esport Cafe, Kona Loka, IAPI, Empire Dance Studio.

Pada lantai lantai 1 B terdapat pedagang-pedagang kuliner yang memang telah ada sebelum GYS terbentuk. Jumlahnya sebanyak 18 pedagang, ditempatkan di sisi selatan lantai 1.

Baca juga:  Kurasi Tahap I Tenant di Graha Yowana Suci Rampung, Belasan Pelaku UMKM Dinyatakan Lolos

Gedung GYS yang dibangun tahun 1979 sebelumnya telah menjadi area komersial bagi para pedagang kuliner, emas, bokor, dan lainnya. Sempat pula menjadi wahana rumah hantu. Kini bertransformasi menjadi ruang kreatif hub. Tujuannya untuk memberi wadah anak -anak muda mengembangkan kreatifitasnya.

Sebagai gambaran, GYS yang kini artistik  sempat mangkrak selama 7 tahun. Tahun 2023 gedung existing itu dipugar dengan anggaran Rp5 Miliar dari APBD Kota dan Rp4 miliar dari anggaran Perumda Pasar Sewakadarma. Namun dalam pengembangannya, diakui tidak mudah.

Mengingat selama tiga tahun sejak 2024, GYS tidak memungut biaya sewa, hanya mengenakan Biaya Operasional Pasar (BOP) sehingga dalam penataan maupun kebersihan, masih terkendala.

Pengelola Frontier, Bianca dan Gigi mengaku, lokasi GYS cukup strategis yaitu di pusat kota. Namun fasilitas yang ada terutama toilet masih terbatas bahkan toilet tidak dibedakan berdasarkan gender.

Masing-masing lantai terdapat toilet bersama untuk semua tenant sehingga menurutnya beberapa tenant jaraknya cukup jauh dengan toilet. “Animo anak mudah ke sini cukup tinggi, mereka ke sini untuk nongkrong, main PS, sambil makan karena juga banyak tenant makanan,” ujarnya.

Pengunjung GYS, Ajus mengaku tempatnya bagus untuk anak muda nongkrong namun menurutnya perlu inovasi untuk menarik anak muda datang lebih banyak. Misalnya dengan membuat event bekerjasama dengan civitas kampus, karena anak-anak kampus biasanya mempunyai event yang menarik, sehingga bisa dikolaborasikan dengan GYS. Ia berharap event-event semakin banyak terutama hiburan musik sehingga nongkrong di GYS tidak membosankan. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN