
DENPASAR, BALIPOST.com – Peran jurnalis dinilai semakin strategis dalam membangun kesiapsiagaan publik menghadapi ancaman bencana di Bali. Pulau dengan jutaan wisatawan setiap tahun ini berada pada posisi geografis yang rawan, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim global. Demikian disampaikan Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, Jumat (3/10).
“Jurnalis adalah ujung pena pencerah informasi yang benar tentang potensi bencana, khususnya di Bali sebagai destinasi pariwisata dunia. Mereka harus dibekali agar pesan mitigasi sampai dengan tepat, tidak bias, dan menenangkan masyarakat,” tegasnya.
Ia mencontohkan banjir bandang 10 September 2025 lalu yang dipicu pancaroba ekstrem. Menurutnya, pemberitaan media saat itu sangat menentukan respons masyarakat terhadap risiko bencana lanjutan.
Namun, rendahnya pemahaman masyarakat serta derasnya arus informasi sensasional membuat pemberitaan bencana kerap menimbulkan kepanikan ketimbang kesadaran.
Sementara itu, Ketua Panitia pelatihan, M. Ridwan, menyoroti tantangan yang kerap dihadapi wartawan saat meliput bencana. “Keterbatasan pemahaman teknis, sulitnya mengakses data valid, hingga tekanan untuk membuat berita sensasional sering menghambat tugas jurnalis. Padahal publik justru membutuhkan informasi yang akurat, berimbang, dan edukatif,” ujarnya.
Untuk itu, pelatihan ini dirancang agar wartawan memahami karakter bencana, mengasah keterampilan liputan, memegang etika jurnalistik, dan membangun jejaring dengan pemangku kepentingan seperti BPBD, Basarnas, hingga akademisi.
Direktur Jawa Pos TV Bali, Ibnu Yunianto, menambahkan bahwa jurnalis tak cukup hanya menyampaikan fakta bencana.
“Kita ingin jurnalis menerapkan Jurnalisme Solutif. Artinya, pemberitaan tak hanya soal tragedi, tetapi juga menyoroti upaya mitigasi, kesiapsiagaan, dan rekonstruksi pascabencana dengan pendekatan edukatif,” jelasnya.
Menurut Ibnu, di era perubahan iklim, wartawan dituntut bisa menerjemahkan data ilmiah yang kompleks menjadi informasi sederhana yang relevan bagi publik.
Pelatihan menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten, di antaranya: Made Rentin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bali (mantan Kalaksa BPBD Bali), Kadek Setiya Wati, BMKG Wilayah III Denpasar (Meteorologi Early Warning System), Made Dwi Wiratmaja, Stasiun Klimatologi Bali (Prakiraan Musim), Putu Eka Tulistiawan, Stasiun Meteorologi Ngurah Rai (Meteorologi Penerbangan) dan Ni Luh Desi Purnami, Stasiun Geofisika Denpasar (Potensi Gempa, Tsunami, dan Mitigasi). (Suka Adnyana/balipost)