Petugas mengevakuasi wisatawan mancanegara yang terjebak banjir di kawasan Kuta, Badung, Bali, Rabu (10/9/2025). Sejumlah wisatawan mancanegara dievakuasi petugas dari sejumlah lokasi di kawasan pariwisata itu karena terendam banjir yang disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bali sejak Selasa (9/9/2025). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Pariwisata meminta agar wisatawan untuk rutin memeriksa perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di tengah adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Tanah Air.

Menurut Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Manajemen Krisis, Fadjar Hutomo, Kamis (20/11), cuaca ekstrem diprakirakan akan terjadi menjelang libur natal dan tahun baru.

“Cuaca sedang ekstrem seperti ini, memang kita minta (pemerintah) daerah dan wisatawan juga, untuk senantiasa melihat informasi yang disampaikan BMKG,” kata Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Manajemen Krisis Fadjar Hutomo dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Harga Kakao Melesat Tinggi, Petani Jembrana Sumringah

Fadjar menyampaikan bahwa BMKG memiliki informasi-informasi yang berkaitan dengan sejumlah destinasi wisata. Informasi ini dapat membantu wisatawan untuk menyesuaikan dan mempersiapkan kebutuhan selama di perjalanan.

Wisatawan turut diminta untuk menghindari destinasi wisata yang dekat dengan aliran sungai guna meminimalisir risiko.

“Hindari daerah aliran sungai, karena kadang memang di tempat kita tidak hujan, tapi di hulunya hujan, itu yang sering terjadi.

Kementerian Pariwisata, katanya, kini melalui Kedeputian Destinasi dan Pengembangan Infrastruktur sedang menyusun sebuah surat edaran terkait dengan libur natal dan tahun baru yang mencakup situasi cuaca ekstrem.

Baca juga:  Cerah Berawan, Cek Prakiraan Cuaca Bali 5 September 2025

Surat edaran dikeluarkan untuk menyiapkan mitigasi risiko dari dampak buruk cuaca yang berbeda-beda di tiap daerah.

“Di situ ada risk assessment apa yang harus dilakukan karena tiap daerah kan risikonya beda-beda, daerah yang pantai beda sama yang pegunungan dan seterusnya,” ucap Fadjar.

Sebelumnya, BMKG menyatakan Indonesia mulai memasuki periode puncak musim hujan yang berlangsung sejak November 2025 – Februari 2026, dengan potensi peningkatan curah hujan tinggi dan bencana hidrometeorologi banjir-tanah longsor.

Baca juga:  Bawaslu Siap Hadapi Sidang 270 PHPU Pileg di MK

Fase ini menandai periode siaga terhadap potensi banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah.

Disebutkan bahwa suhu muka laut yang lebih hangat dari rata-rata dan aktifnya monsun Asia menjadi pemicu utama peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

BMKG turut mengingatkan adanya potensi terulang terjadi badai Seroja yang pernah melanda Nusa Tenggara Timur pada April 2021, selama periode puncak musim hujan November 2025 hingga triwulan pertama 2026. (kmb/balipost)

BAGIKAN