
DENPASAR, BALIPOST.com – Suhu udara di Bali beberapa hari belakangan ini terasa gerah dan panas. Terutama pada siang hari, ternyata suhu di Bali mencapai 34 derajat celcius.
Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III Denpasar, I Gede Agus Mahendra menjelaskan kondisi ini dipengaruhi oleh posisi semu matahari saat ini bergerak ke arah selatan ekuator yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator, termasuk Bali menerima penyinaran matahari yang relatif lebih intens.
Sehingga energi panas matahari lebih besar diserap oleh permukaan bumi serta suhu udara menjadi lebih tinggi dari biasanya. Selain itu, tutupan awan yang minim juga menyebabkan panas dari matahari terasa secara langsung.
Di samping juga kelembaban udara yang cukup tinggi hingga mencapai 80-90 %, membuat udara juga terasa gerah. Diungkapkan, suhu udara maksimum terakhir (16 Oktober 2025) tercatat di beberapa Stasiun pengamatan BMKG Bali berkisar antara 32 – 34 derajat celcius.
Bahkan, suhu udara maksimum mencapai 34 derajat Celcius ini tercatat di Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar sejak tanggal 4 Oktober 2025 dengan nilai yang berfluktuasi setiap harinya.
Kendati demikian, dikatakan kondisi ini sebenarnya normal terjadi setiap tahun. Suhu udara akan berangsur turun kembali ketika memasuki musim hujan karena kelembapan udara akan meningkat dan sinar matahari mulai terhalang awan tebal.
“Wilayah Bali akan memasuki musim hujan pada Bulan November 2025, sehingga diprakirakan suhu udara yang panas akan berakhir pada Bulan November 2025,” ujar Agus Mahendra, Jumat (17/10).
Selama periode ini, masyarakat diingatkan agar menjaga kesehatan tubuh selama cuaca ekstrem ini berlangsung. Perbanyak asupan cairan dan hindari aktivitas berat di luar ruangan saat siang hari. (Ketut Winata/balipost)