Pedagang membersihkan kios dan mengevakuasi barang dagangannya pasca banjir melanda Pasar Kumbasari, Denpasar, Kamis (11/9). Selain pasar ini sejumlah wilayah di Kota Denpasar juga diterjang luapan air pada Rabu (10/9) dan menelan beberapa korban jiwa. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pasar Badung dan Pasar Kumbasari yang mengapit Sungai (Tukad) Badung tengah porak poranda pascaditerjang banjir Rabu (10/9) dini hari. Banjir yang terjadi di Pasar Kumbasari ini disebut bukan kali pertama, namun yang terjadi kali ini paling besar.

Hal tersebut diakui oleh salah seorang pedagang di lantai satu Pasar Kumbasari, Agus Saryawan saat ditemui, Kamis (11/9). Dia mengakui sudah empat kali mengalami banjir di pasar tersebut sejak berjualan. Termasuk pada tahun 1998. Namun, kali ini menjadi banjir yang terparah.

Baca juga:  Pasar Takjil Wangaya Jadi Favorit Warga Berburu Makanan Berbuka Puasa

“Ya di sini saya empat kali sudah mengalami banjir. Biasanya sampai sepinggang orang dewasa. Tapi ini kali ini parah sekali,” katanya.

Saat kejadian, dia mengaku sudah berada di pasar dan siap-siap berjualan dengan melakukan persembahyangan terlebih dahulu. Saat itu dia melihat debit air tinggi dan sudah memasuki area pasar.

Kemudian dia langsung mengambil sepeda motor dan pergi keluar pasar karena merasa air akan terus naik. “Dan benar setelah itu air besar datang,” ujar pria asli Grenceng, Denpasar ini.

Baca juga:  Pindah ke Lokasi Baru, Pedagang Pasar Loka Crana Diberi Waktu Sepekan

Dia mengaku sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Kumbasari dengan produk makanan ringan yang dijual secara grosir. Mau tidak mau, kejadian seperti ini harus dihadapinya karena tidak punya pilihan mata pencaharian lain.

“Ya namanya bencana, mau gimana lagi. Cari penghasilan lain juga tidak tahu harus ngapain,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh pedagang pelataran malam di pasar yang sama, Ibu Redi. Dia mengatakan, banjir kali ini sangat besar dan secara tiba-tiba dan hingga menyentuh lantai dua Pasar Kumbasari.

Baca juga:  Bikin “Lamak”, Tradisi dan Usaha Musiman Warga Desa Adat Serokadan

“Kalau yang sebelum-sebelumnya itu air perlahan naik, kita masih bisa menyelamatkan barang-barang. Yang ini tidak langsung air besar datang, saya langsung lari tidak bisa memikirkan menyelamatkan barang,” ujarnya. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN