
NEGARA, BALIPOST.com – Pemerintah meluncurkan program “Desa BISA Ekspor”, sebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa, LPEI, dan kementerian/lembaga terkait, untuk menjadikan desa sebagai motor penggerak ekspor. Program ini berfokus pada pengembangan produk unggulan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Program ini telah menunjukkan hasil positif dengan ekspor produk-produk dari desa. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan secara keseluruhan, pertumbuhan ekspor Indonesia terus meningkat.
Pada tahun 2024, nilai ekspor naik 2,29%, dan pemerintah menargetkan kenaikan 7,1% untuk tahun ini. Data dari Januari hingga Juli 2024 menunjukkan ekspor sudah naik 8,03%, dengan sektor pertanian melonjak 43,03% dalam periode yang sama. Indonesia juga mencatat surplus selama 64 bulan berturut-turut.
“Seperti Kakao dari Desa Devisa LPEI berhasil diekspor ke Prancis senilai Rp 12,4 miliar, kemudian benih bandeng senilai Rp 45 juta diekspor ke Filipina dan 50 paket edible flowers senilai Rp 6 juta diekspor ke Singapura,” kata Budi di Nusasari, Jembrana, Selasa (9/9).
Budi memaparkan program “Desa BISA Ekspor” berfokus pada dua strategi utama: pengembangan produk dan akses pasar. Untuk pengembangan produk, program ini menyediakan pelatihan untuk standarisasi produk, klinik bisnis, dan desain untuk meningkatkan kualitas dan kemasan.
Pemerintah telah memetakan 2.357 desa ke dalam dua klaster. Klaster pertama Desa BISA Ekspor, terdiri dari 741 desa yang produknya sudah berkualitas dan siap untuk diekspor setelah melalui sentuhan akhir.
Desa Belum Bisa Ekspor merupakan Desa-desa yang akan mendapatkan pelatihan intensif hingga produk mereka memenuhi standar ekspor.
Dalam hal akses pasar, pemerintah memanfaatkan perwakilan perdagangan seperti atase perdagangan dan ITPC di 33 negara untuk membantu UMKM terhubung dengan pembeli luar negeri. Program business matching daring juga memfasilitasi pertemuan antara UMKM dan pembeli, dengan staf perwakilan yang bertindak sebagai penerjemah.
Hingga Juli 2024, lebih dari 600 UMKM telah difasilitasi dalam business matching. Hasilnya, nilai ekspor dari program ini mencapai 90,90 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun.
Sekitar 70% dari UMKM yang berpartisipasi belum pernah melakukan ekspor sebelumnya, menunjukkan bahwa program ini berhasil membuka jalan bagi pelaku usaha kecil untuk menembus pasar internasional. Kehadiran pemerintah dan perwakilan di luar negeri selama proses business matching meningkatkan kepercayaan pembeli dan menjamin kredibilitas kedua belah pihak.
Pemerintah berharap program ini dapat menjangkau 80.000 koperasi desa dan mengintegrasikannya ke dalam ekosistem ekspor nasional. (Surya Dharma/balipost)