
TABANAN, BALIPOST.com – Nelayan di Kabupaten Tabanan diminta meningkatkan kewaspadaan menyusul peringatan dini gelombang tinggi yang dikeluarkan BMKG Wilayah III Denpasar. Berdasarkan informasi resmi, gelombang tinggi diperkirakan terjadi di sejumlah perairan Bali mulai 21 hingga 24 Agustus 2025 dengan ketinggian bervariasi antara 2,5 hingga 4 meter.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan, I Gede Bogarada mengimbau para nelayan untuk menunda aktivitas melaut, khususnya pada Sabtu (23/8), yang diperkirakan ketinggian gelombang laut berpotensi mencapai 4 meter. Fenomena ini dipicu oleh fase bulan mati (bulan baru), yang dapat memicu pasang air laut yang lebih tinggi.
Menurutnya, imbauan BMKG sudah diteruskan melalui grup WhatsApp nelayan di Tabanan. “Kami minta mereka waspada atau menunda sementara waktu aktivitas melaut demi keselamatan,” ujarnya, Jumat (22/8).
Ia menambahkan, kondisi gelombang tinggi belakangan ini memang cukup mengkhawatirkan. Bahkan, dari laporan nelayan Yeh Gangga, alat tangkap milik salah satu nelayan hampir hanyut terseret ombak besar karena diletakkan terlalu dekat bibir pantai pada fenomena fase bulan purnama pada 9 Agustus lalu. Beruntung alat tangkap tersebut bisa diselamatkan.
Hal senada diungkapkan Ketua Paguyuban Nelayan Bali, I Ketut Arsana Yasa. Namun diakuinya, di balik ancaman gelombang tinggi, harga hasil tangkapan nelayan kini berada dalam kondisi yang menjanjikan. Seperti ikan layur, kini harga di nelayan terus naik, dari Rp40 ribu per kilogram, kemudian naik lagi Rp60 ribu per kilogram dan terakhir sudah menyentuh Rp100 ribu per kilogram.
Lonjakan harga ini dipicu layur menjadi salah satu komoditi ekspor yang diminati pasar Tiongkok dan Taiwan. Termasuk jenis ikan lainnya, seperti tenggiri, kerapu, dan bawal yang dijual ekspor melalui pengepul.
“Pengepul ini langsung membeli ikan hasil tangkapan nelayan Tabanan sehingga menjadi berkah tersendiri bagi nelayan Tabanan saat ini,” pungkas anggota DPRD Tabanan ini. (Ngurah Manik/bisnisbali)