Suasana di TPA Suwung, Denpasar. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Santer beredar isu penutupan TPA Suwung dikarenakan adanya proyek luxury, di antaranya mal dan lapangan golf, yang akan dibangun di kawasan KEK Kura-kura Bali.

Keterlibatan PT Bali Turtle Island Development (BTID) atau Kura-Kura Bali dalam penutupan TPA Suwung untuk sampah organik juga berhembus di media sosial. Dugaan itu pun sudah dibantah BTID.

Setelah bantahan BTID, giliran Gubernur Bali, Wayan Koster memberikan tanggapan. Gubernur Koster menepis isu tersebut.

Ia pun mempertanyakan dari mana sumber informasi tersebut. “Siapa mau bikin mal, coba sebutkan dulu, jangan gosip sebutkan dulu,” ujar Koster ditemui Selasa (12/8) di Denpasar.

Gubernur Koster memaparkan kilas balik mengapa TPA Suwung harus segera ditutup. Di tahun 1980-an, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung benar-benar masih menjadi satu wilayah sebab belum ada bypass yang menghubungkan. Karena TPA Suwung merupakan tempat kosong, warga pun membuang sampah ke kawasan TPA Suwung.

Kemudian perkembangan terjadi saat Kota Denpasar menjadi wilayah administratif sendiri, dan Kabupaten Badung menjadi kabupaten sendiri. Lalu terdapat pembangunan.

Baca juga:  Tabanan Belum Bisa Lakukan Tera Mandiri

Pada kiri, kanan, depan dan belakang sudah menjadi kawasan perkotaan dengan investasi strategis.

“Memang sudah nggak layak dipertahankan di sana dan sekarang (sampah,red) sudah menggunung sampai 35 meter. Kan malu sebagai daerah wisata di tempat pusat kota kok ada tumpukan sampah, sudah nggak baik,” ungkapnya.

TPA Suwung Sudah Tak Layak

Bahkan, Koster menegaskan tanpa diperintahkan oleh menteri KLH pun TPA Suwung sudah tak layak beroperasi sejak ia menjabat diperiode pertama. Saat itu, kewenangan TPA Suwung masih sepenuhnya dipegang oleh Kota Denpasar.

Saat ini, Koster mengatakan telah mengambil alih kembali TPA Suwung. Sehingga tak lagi menyalahkan bupati/wali kota.

Urusan sampah pun ditangani bersama-sama dengan bupati/wali kota se-Bali agar terkelola dengan baik, satu pulau, satu pola, satu tata kelola. Setelah ditutup, rencananya TPA Suwung akan dijadikan taman kota.

“Sebagian (TPA Suwung akan dijadikan taman kota,red), supaya rapi, bisa untuk jogging di sana nanti,” paparnya.

Baca juga:  Prajuru Desa Adat Selat Undur Upacara Mecaru

Dampak penutupan TPA Suwung, juga membuat sebagian warga membuang sampah ke sungai dan ada juga yang membakar sampah. Koster menjelaskan penanganannya harus pelan-pelan.

“Harus tertib, pelan-pelan kita kan namanya perubahan besar, perlu waktu adaptasi. Kan banyak juga saya dapat laporan dari Bupati Badung, masyarakat banyak yang merespons positif TPA Suwung ditutup. Dia melakukan bagaimana caranya sendiri, tapi ada juga yang belum siap rupanya buangnya ke sungai, ada juga. Sehingga volume sampah ke sungai naik. Pelan-pelan, tapi saya kira nggak akan lama,” ujarnya.

BTID Membantah

Sebelumnya, PT BTID menegaskan tidak pernah mendorong percepatan penutupan TPA Suwung. Kepala Komunikasi PT BTID, Zakki Hakim, menegaskan bahwa penutupan tersebut sepenuhnya merupakan kebijakan pemerintah.

“Penutupan TPA Suwung ini adalah kebijakan dari pemerintah provinsi dan instansi terkait. Sesuai dengan pernyataannya Menteri KLH ya, Kementerian Lingkungan Hidup kepada semua kepala daerah di Indonesia terkait pengolahan sampah tanpa sistem open dumping. Ya, keputusan ini bukan dari kami dan berada di luar kendali kami,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (11/8).

Baca juga:  Gudang Barang Eksportir Terbakar, Kerugian Capai Miliaran

Menanggapi isu bahwa penutupan TPA Suwung terkait rencana pembangunan lapangan golf, Zakki menegaskan hal itu tidak ada hubungannya dengan Kura-kura Bali.

“TPA Suwung itu bukan wilayahnya Kura-Kura Bali ya. Itu kan lahannya Tahura milik pemerintah pusat yang dipinjamkan ke pemerintah provinsi sih kalau enggak salah dan digunakan oleh pemerintah kota dan kabupaten. Jadi ya kita enggak ada (kaitannya,red) udah beda areal gitu,” tegasnya.

Ia juga menepis tudingan bahwa pihaknya mendorong percepatan penutupan TPA Suwung. Zakki mengingatkan bahwa persoalan TPA Suwung sudah menjadi isu lama, bahkan sebelum adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-Kura Bali.

Menurutnya, penutupan TPA Suwung memerlukan kerja sama semua pihak untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah Bali yang sehat dan berkelanjutan. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN