Umat Hindu bersembahyang di Pura Luhur Dangkahyangan Rambut Siwi, Jembrana. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Sedikitnya ada 13 desa adat di Kecamatan Pekutatan mendapat giliran menjadi panyanggra Pujawali Pura Dangkhayangan Rambut Siwi yang puncaknya jatuh pada Buda Umanis Prangbakat, Rabu, 23 Juli 2025.

Sejumlah persiapan telah dilakukan sejak 30 Juni lalu melalui sangkep yang melibatkan pengurus pangempon, majelis alit, subak dan bendesa adat pangempon se-Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan.

Majelis Alit Pekutatan, I Kadek Suentra mengatakan seusai sangkep, jadwal giliran untuk pangarep dari Kecamatan Pekutatan yang melibatkan seluruh desa adat di kecamatan tersebut.

Mendak tirta ke pura-pura baik di wewidangan Jembrana maupun di luar Jembrana sudah dilakukan pada Minggu (20/7), melibatkan seluruh desa adat di Kecamatan Pekutatan. Berlanjut persiapan (pangarep) pada Selasa (22/7), melalui prosesi pacaruan, nedunang pratima dan ngebejian.

Pura Luhur Rambut Siwi di Yehembang Kangin Mendoyo erat kaitannya dengan Darmayatra Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Pura ini sebagai Pura Dangkhayang di Jembrana, dengan memiliki arsitektur  Bali yang di antaranya termasuk salah satu cagar budaya.

Baca juga:  Rayakan Hari Kuningan Saat Pandemi, Momentum Lebih Mawas Diri Hadapi COVID-19

Dalam Purana Pura Luhur Rambut Siwi,  berkaitan dengan kedatangan “Danghyang Dwijendra” tiba di Bali Aga, pada saat pemerintahan Raja Sri Dalem Waturengong, sekitar tahun 1411 saka, setelah menghabiskan darmayatranya di Desa Mas (Gianyar) dan Desa Gelgel (Klungkung).

Saat menyusuri pesisir pantai selatan di Jembrana, tiba di sebuah tempat  yang tebing karangnya berundak dan keinginannya cukup menjulang dibanding dataran lainnya. Di sepanjang pantai tersebut, serta dari ketinggian di sana dapat dilihat pemandangan ke seluruh arah menuju laut lepas.

Tebing inilah tempat berdirinya Pura Rambut Siwi saat ini. Saat bertemu dengan  penduduk di sana, dilihat di atas karang tersebut sebuah parhyangan (tempat pemujaan) oleh penduduk. Kendati penduduk sedang dirundung musibah berupa grubug penyakit yang mematikan.

Baca juga:  Balai Pembibitan Sapi Bali Terlalui Jalur Tol

Bangunan palingih, yang ada di utama mandala, terdiri dari 13 palingih, di antaranya Taksu, Saren Rambut Sedana, Gedong Tumpang Kalih pengayat Pura Batur, Padmasana pemujaan Ida Hyang Widhi Wasa, Gedong Catu pengayatan Gunung Agung, Gedong Tumpeng Katrini stana Ida Bhatara Sakti Bawu Rauh, Gedong Tarib stana Panglurah Agung, Limas sari stana Ida Nyoman Saksti  Pengadang-ngadang, Bale Limas Sari/ Pengaruman, Bale Banten, Bale Gong,  Bale Piasan, Gedong simpen busana.

Bangunan yang terdapat di samping utama mandala/jeroan, juga dilengkapi  dengan Bale Kulkul, Bale Petandingan, Bale Pasandekan, Parantenan Suci. Di madya mandala (jaba tengah  terdapat pelingih Pesinpangan Dalem Ped, sedangkan di nista mandala terdapat  Bale Pengubengan).

Baca juga:  Desa Adat Lebu Tetap Lestarikan Tradisi “Sekaa Roras”

Di samping bangunan yang merupakan komplek utama Pura Rambut Siwi, juga terdapat beberapa pura, di antaranya  Pura Penataran Rambut Siwi. Pura inilah disebutkan sebagai cikal bakal Pura Luhur Rambut Siwi, pura yang paling berdekatan dengan laut dan posisinya berada di dataran arah tenggara, merupakan pusat pemujaan subak yang ada di wilayah pasedahan Pulukan, Pasedahan mendoyo (Jembrana), termasuk subak kelating dan subak sungsang serta sejumlah subak-subak lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Tabanan.

Di komplek pura ini juga terdapat, pura yang berfungsi sebagai pura pengayatan di antaranya pengayatan Pura Melanting, pengayatan Pura Dalem Ped, persis berada di selatan utama mandala, selain itu di barat daya terdapat Palingih Gading Wani serta Pura Gua Tirta, Pura Beji dan Pesangrahan Pura Luhur Rambut Siwi. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN