
DENPASAR, BALIPOST.com – Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Bali secara umum mengalami penurunan terutama dari lulusan dua jenjang pendidikan yakni SMP ke bawah dan SMA.
Namun, lulusan jenjang pendidikan perguruan tinggi mengalami kenaikan.
Hal ini menunjukkan lulusan perguruan tinggi di Bali menjadi penyumbang terbanyak pengangguran.
Berdasarkan data BPS Provinsi Bali jumlah pengangguran di Bali tahun 2024 sebanyak 48.676 orang. Angka ini turun dibandingkan tahun 2023 yang jumlahnya 72.421 orang. Bahkan, pada tahun 2022 jumlahnya mencapai 131.469 orang.
Dari jumlah tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bali pada Agustus 2024 sebesar 1,79%, turun 0,90 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2023. Apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, TPT
Agustus 2024 tertinggi pada jenjang pendidikan Diploma I/II/III sebesar 3,40%, dan terendah pada TPT dengan jenjang pendidikan SMP ke bawah yang tercatat sebesar 1,32%.
Dibandingkan dengan Agustus 2024, TPT pada Februari 2025 mengalami penurunan pada dua jenjang pendidikan, yaitu pada jenjang pendidikan SMP ke bawah dan SMA. Pada jenjang pendidikan SMP ke bawah, penurunan tercatat sebesar 0,71 persen, sementara penurunan pada lulusan SMA sebesar 0,28 persen.
Sedangkan, TPT pada jenjang pendidikan diploma ke atas mengalami kenaikan. Data ini menunjukkan lulusan perguruan tinggi di Bali menjadi penyumbang terbanyak pengangguran.
Terkait hal ini, Rektor Universitas Warmadewa (Unwar) Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP., mengatakan bahwa fakta ini tentu menjadi perhatian serius bagi seluruh institusi pendidikan tinggi, termasuk Unwar sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Bali.
Kesenjangan Output Pendidikan
Menurutnya, tingginya pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi menunjukkan adanya kesenjangan antara output pendidikan dan kebutuhan nyata di dunia kerja.
Oleh karena itu, pihaknya menyikapi fenomena ini secara kritis dan reflektif. Pertama, sebagai pimpinan perguruan tinggi disadari bahwa tanggung jawab perguruan tinggi tidak hanya berhenti pada proses pendidikan di dalam kampus, tetapi juga menyangkut kesiapan lulusan untuk memasuki dunia kerja dan mampu berkontribusi secara nyata dalam masyarakat.
Dikatakan, tingginya TPT di kalangan lulusan diploma ke atas mencerminkan perlunya reorientasi kurikulum, penguatan soft skills, serta peningkatan relevansi program studi terhadap kebutuhan industri dan perkembangan zaman.
Kedua, lanjut Prof. Pandit bahwa Unwar memandang pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia usaha/dunia industri (DUDI) agar lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. “Ini bukan hanya soal kualifikasi akademik, melainkan juga kemampuan adaptasi, inovasi, dan keterampilan praktis yang relevan,” ujar Prof. Pandit, Jumat (11/7).
Untuk mengatasi permasalahan ini, diungkapkan bahwa Unwar memiliki langkah strategis dalam menyiapkan lulusannya agar tidak menganggur. Pertama, merevitalisasi kurikulum berbasis MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Unwar telah dan terus memperkuat implementasi kebijakan MBKM dengan membuka ruang bagi mahasiswa untuk belajar di luar program studi, seperti magang industri, proyek di desa, wirausaha mahasiswa, dan program pertukaran pelajar. Ini memberikan pengalaman dunia nyata yang memperkaya wawasan dan kompetensi lulusan.
Kedua, menjalin kemitraan strategis dengan dunia industri dan pemerintah. Melalui kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, BUMN, sektor pariwisata, serta dunia usaha di Bali dan luar daerah, Unwar mendorong peningkatan peluang magang, pelatihan, hingga perekrutan langsung lulusan. Termasuk dalam hal ini adalah penguatan career center dan tracer study untuk mengetahui kebutuhan pasar kerja secara dinamis.
Ketiga, memperkuat kewirausahaan mahasiswa. Dimana, Unwar menanamkan mindset kewirausahaan sejak dini, baik melalui pembelajaran formal maupun inkubasi bisnis. Program seperti Warmadewa Entrepreneur Hub bertujuan mencetak lulusan yang tidak hanya mencari kerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, kewirausahaan juga menjadi mata kuliah wajib dan materi-materi tentang kewirausahaan juga banyak disisipkan pada mata kuliah lainnya.
Keempat, memberikan sertifikasi kompetensi dan digital skills dengan memberikan pelatihan keterampilan digital dan mendorong mahasiswa mengikuti sertifikasi kompetensi sesuai bidangnya, seperti data analitik, bahasa asing, desain digital, manajemen proyek, dan sebagainya, guna meningkatkan daya saing lulusan di pasar kerja modern.
Kelima, pembekalan Spirit Sapta Bayu sebagai karakter unggul. Dikatakan, salah satu strategi khas Unwar adalah membekali setiap mahasiswa dengan spirit Sapta Bayu, yaitu tujuh kekuatan nilai luhur yang menjadi karakter utama lulusan.
Spirit ini mencakup integritas, tanggung jawab, kemandirian, inovasi, kepemimpinan, kepedulian sosial, dan daya saing global.
Dengan semangat Sapta Bayu, lulusan Unwar diharapkan tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga berkarakter kuat, adaptif, dan siap bersaing dalam lingkungan kerja yang kompleks dan dinamis.
Keenam, Tracer Study dan Evaluasi Berkelanjutan. Setiap tahun, Unwar melakukan tracer study untuk memetakan kinerja lulusan di dunia kerja. Hasil evaluasi ini menjadi dasar untuk penyesuaian kurikulum, metode pengajaran, dan penguatan layanan karir.
“Dengan pendekatan yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis nilai lokal-global melalui Sapta Bayu , kami Universitas Warmadewa terus berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh, siap kerja, dan mampu berkontribusi aktif dalam pembangunan Bali dan Indonesia,” tandasnya.
Terkait kondisi ini, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan mengatakan telah melakukan berbagai upaya untuk memfasilitasi lulusan perguruan tinggi agar mendapatkan pekerjaan.
Seperti, memberikan pelatihan-pelatihan siap kerja atau vokasi yang dibutuhkan oleh pasar/peluang kerja, serta memfasilitasi bursa kerja baik online maupun offline.
Langkah ini diharapkan bisa memberikan solusi awal bagi lulusan dalam mengisi peluang kerja yang tersedia, baik di Bali, dalam negeri maupun luar negeri. (Ketut Winata/balipost)