
DENPASAR, BALIPOST.com – Ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 kembali membuktikan daya magisnya.
Pada Minggu malam (22/6), panggung Ayodya Taman Budaya dipadati ratusan pasang mata yang terpukau menyaksikan penampilan memukau dari Sanggar Seni Harsa Wirasana, Banjar Jabajero Kuta, Kabupaten Badung.
Mereka mempersembahkan lakon drama gong berjudul “Kadga Maya”, dibawakan oleh Sekaa Drama Gong Sentananing Samudra di bawah pimpinan I Wayan Adi Wiguna, S.Sn.
Tak hanya sarat tuntunan moral dan spiritual, sajian ini juga memadukan humor cerdas dan akting kuat yang membuat penonton terhanyut.
Lakon “Kadga Maya” mengisahkan perjalanan penuh liku I Made Ripta, pemuda pemburu yang tak sengaja memanah putri raja hingga masuk ke pusaran konflik politik dan cinta kerajaan.
Intrik berdarah, pengkhianatan, dan pengorbanan berkelindan dalam drama ini, hingga akhirnya terungkap bahwa Ripta bukan orang biasa, melainkan putra mahkota kerajaan Surya Negara, Raden Semara Putra, yang menghilang sejak kerajaannya dihancurkan 27 tahun silam.
Puncaknya, keris pusaka Kadga Maya, pemberian Hyang Berawi, menjadi simbol kebenaran dan identitas yang tak bisa dibungkam. Penampilan para aktor yang memukau, tata busana dan riasan gemilang, hingga tabuhan gamelan yang menghentak menjadikan pentas ini sebagai salah satu penampilan paling berkesan di PKB tahun ini.
Drama ini digarap serius selama 3,5 bulan, melibatkan 16 aktor dan 26 penabuh. Di balik suksesnya, ada tangan dingin sutradara dan penulis naskah Drs. I Gusti Lanang Subamia, M.MPd., serta pembina tabuh I Nyoman Tri Sugiantara dan I Gede Suparka, S.Sn.. Sentuhan visual ditata apik oleh tim rias Windekoleh Fashion dan Kicuk Collection.
Penampilan ini turut disaksikan langsung oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Ny. Putri Suastini Koster, Kadis Kebudayaan Badung I Gede Sudarwita, dan jajaran tokoh masyarakat Kuta.
“Kami ingin menghidupkan kembali semangat maestro Kuta seperti Bapak Lotring. Drama Gong adalah warisan agung. PKB adalah panggung untuk membangkitkan dan mewariskannya ke generasi muda,” ujar Sudarwita.
Sementara Koordinator Parade Drama Gong Duta Badung, Wayan Eka Adnyana, S.Tr.Par., M.Tr.Par., berharap ajang ini menjadi batu loncatan munculnya seniman-seniman muda drama gong, terutama di wilayah Kuta.
“Kadga Maya” bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah panggilan untuk mengingat asal, menghargai pusaka, dan menjaga warisan. Dengan kemasan cerita yang relevan, PKB kali ini menunjukkan: seni tradisi tidak tua, hanya menunggu disentuh kembali dengan cinta dan kreativitas. (Adv/balipost)