Petani
Terlihat Made Budana menunjukan sisa jeruk di lahan miliknya di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Payangan. (BP/nik)
GIANYAR, BALIPOST.com – Sejumlah petani jeruk di Desa Kerta, Payangan, Gianyar menunda masa panennya. Alasannya, karena harga jeruk di pasar tradisional mengalami penurunan. Penurunan harga buah jeruk mencapai Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kg.

“Jeruk kualitas A yang sudah matang dan besar, baru dipetik itu harganya Rp 3.000 per kg, kalau sudah dikirim ke Pasar Kumbasari di Denpasar hanya naik antara Rp 4.000 sampai Rp 4.500 per kg,“ ucap Made Budana seorang petani di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Payangan Minggu (13/8).

Sementara untuk jeruk matang dengan kualitas B katagori sedang dan C katagori kualitas rendah, bila sudah dipasaran harganya jauh lebih murah yakni mencapai Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. “ Kalau di lahan saya yang luasnya satu hektar itu masih sisa jeruk terkhir yang kualitas C, “ ujarnya.

Baca juga:  Regenerasi Petani Mulai Terjawab

Dikatakan selama musim panen yang berlangsung sejak Juli ini, pihaknya sudah beberapa kali memanen jeruk, dengan hasil di atas lahan satu hektar itu mencapai lima ton lebih. Namun di tengah penurunan harga jeruk, hasil itu diakuinya tidak seimbang dengan pengeluaran khususnya untuk harga pupuk yang menghabiskan jutaan rupiah. “Kalau beli pupuk saja habis Rp 3,8 juta belum lagi biaya yang lain,“ keluhnya.

Kondisi ini juga dikeluhkan petani lain, Ni Made Dera. Petani di Banjar Pilan, Desa Kerta ini lebih memilih menjual jeruk hasil panennya yang masih hijau di pasaran, meski harganya relatif murah yakni Rp 3.000 per kg. “Kalau jeruk yang hijau ini biasanya untuk jualan di es jeruk, harganya di pasaran beda tipis dengan jeruk yang sudah matang kualiatas A,“ ucapnya.

Baca juga:  Atasi Kemacetan di Jalur Bandara Ngurah Rai, Skema Bus Antar Jemput Diberlakukan

Sementara Perbekel Desa Kerta Made Gunawan mengatakan akibat turunnya harga jeruk di pasaran, sejumlah petani di desanya memilih untuk menahan massa panen. Hal ini dilakukan untuk menunggu harga jeruk stabil, serta meminimalisir kerugian. “Belum dipetik karena menunggu harga stabil dulu,“ tegas pria berkumis ini.

Dikatakan komoditi jeruk di Desa Kerta ini bisa tahan hingga memasuki September. “Menunggu September kalau sudah jeruk yang lain habis, pastinya harga bisa naik diperkirakan sampai Rp 8.000 per kg. Tetapi ada juga yang panen sekarang karena terdesak kebutuhan ekonomi, “ tuturnya.

Baca juga:  16 Karateka Bali Turun di Piala Panglima

Made Gunawan menjabarkan komoditi jeruk hampir ada pada delapan banjar di Desa Kerta, dengan luas lahan khusus untuk pertanian jeruk sekitar 226 hektar. “Itu untuk jeruk saja, komudity lain hasil produksi pertanian di Desa saya harganya masih stabil,“ terangnya.

Dijabarkan dominan kehidupan perekonomian di Desa Kerta memang pada sektor pertanian. Meliputi Jeruk, Kopi, Sawi, Cabai dan beragam pertanian lainya. Hasil pertanian ini pun di plot setiap hari nya ke berbagai pasar tradisional, meliputi wilayah Gianyar, Denpasar dan Badung. “ Setiap harinya ada sektiar 24 pick up yang bergerak membawa hasil pertanian keseluruh pasar tradisional itu,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *