
DENPASAR, BALIPOST.com – Kepala Kejaksaan Tinggi Bali Dr. Ketut Sumedana meminta agar awig-awig jangan sampai membuat masyarakat berhutang.
Ini disampaikannya Jumat (13/6) saat peresmian Bale Kertha Adhyaksa Denpasar di Dharma Negara Alaya. Ia meminta desa adat yang merupakan benteng budaya Bali agar fleksibel dalam mengatur masyarakatnya.
“Maka dari itu, jangan membuat awig-awig yang memberatkan, jangan sampai masyarakat berhutang untuk melakukan kegiatan adat dan keagamaan. Bikin penyederhanaan-penyederhanaan yang tidak memberatkan warga untuk berkelanjutan,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan awig-awig terkait tanah juga harus dibuat secara baik sehingga kelestarian tanah bisa terjaga. “Jangan sampai tanah Bali dijual. Jika semua dijual, orang Bali lama-lama akan bertransmigrasi. Tapi mana yang bisa dijual dan tidak, ini tantangan yang harus kita hadapi ke depan, mau tidak mau kita harus menghadapi investor, orang dari luar Bali karena Bali dilirik oleh semua orang. Sebenarnya, jika semua seperti itu, lama-lama kita akan hilang,” ujarnya.
Ia mencontohkan, pengelola Monkey Forest, Ubud yang mana pendapatan per harinya Rp150 juta dan mampu membiayai kegiatan adat di wilayah tersebut. Selain itu, di Tampaksiring, penghasilan per harinya Rp200-300 juta juga mampu membiayai desanya. “Bayangkan berapa miliar yang mereka dapatkan. Denpasar pun sangat bisa asal pengelolaannya bagus, tidak hanya mengandalkan dari parkir,” ujarnya.
Ia melihat potensi Denpasar yang bisa dikembangkan adalah olahraga rekreasi di Sanur. Keindahan alam Sanur dengan fasilitas jogging track yang tersedia dapat menjadi potensi menarik untuk menghasilkan sumbetr pendapatan baru.
“Mungkin Sanur bisa seperti itu, rekreasi olahraga. Dari sana mungkin bisa mendapatkan sumber pendapatan yang baru,” ujarnya.
Selain itu menurutnya banyak spot menarik di Denpasar. Maka dari itu yang perlu dijaga sekarang adalah tanah dan manusianya. “Tanah Bali sangat tenget, karena ada rohnya soulnya, setiap jengkap tanah dicanangin, dibantenin, bikin bangunan dibantenin. Maka dari itu siapapun yang main-main dengan tanah ternasuk bendesa adat, hati- hati, cepat anda masuk tanah,” ujarnya.
Kedua yang perlu dijaga adalah manusia Bali karena orang Bali metaksu, mahal. Mengingat orang Bali diupacarai sejak dari dalam kandungan hingga meninggal dengan upacara yang magis, religius dan mahal. “Ini dijaga, jika dua ini tidak punya taksu, maka orang tidak mau datang ke Bali,” ujarnya.(Citta Maya/balipost)