
DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar dijadikan lokasi pengoperasian sindikat penipuan siber dengan modus love scam. Lima markas sindikat ini yang ada di wilayah Denpasar digerebek polisi pada Senin (9/6).
Menurut Kapolda Bali, Irjen Pol Daniel Adityajaya, didampingi Ditressiber Kombes Pol. Ranefli Dian Candra, Rabu (11/6), pengungkapan kasus berawal dari informasi masyarakat terkait aktivitas mencurigakan di salah satu rumah, Jalan Nusa Kambangan, Denpasar Barat.
Di lokasi itu, polisi menangkap sembilan orang pelaku berinisial Br (leader), Iq (leader), De, Yu, Fi, Je, Bo, De dan Dl. Mereka ditangkap saat bekerja sebagai operator. Selain itu diamankan barang bukti 10 unit perangkat komputer sebagai alat kerja mereka.
Menindaklanjuti dan mengembangkan informasi tersebut, polisi melakukan penggerebekan di sejumlah lokasi di Denpasar. Total ada 4 TKP lain yang digerebek aparat.
Kapolda merinci, di Jalan Nangka Utara, Gang Kusuma Sari, Denpasar Utara ditangkap tersangka GP (leader), YS (leader), SLH, MASD, ADN, MSG, YMY, SM, dan FDR.
Selanjutnya di Jalan Gustiwa III, Peguyangan, Denut, diciduk tersangka ARR (leader), AF, FPM, AT, RS, dan FA.
Di Jalan Irawan Gang 2, Ubung, Denut, dibekuk OE (leader), FA, DA, IM, ANF, IK, ANR dan FH.
Selanjutnya di Jalan Swamandala III, Denpasar Barat, dibekuk EHS (leader), AS (leader), YRR, AAF, DM, dan ESP.
“Jumlah barang bukti yang diamankan 82 buah handphone dan 47 unit komputer. Kegiatan ini adalah love scam yang mengincar warga negara Amerika Serikat sebagai korbannya. Mereka ditempatkan di lima lokasi yang berbeda seputaran Kota Denpasar, dimana satu lokasi terdapat dua kelompok yang dipimpin oleh seorang leader yang beranggotakan empat orang,” ungkap Irjen Daniel.
Sebelumnya diberitakan, Tim Ditressiber Polda Bali berhasil mengungkap kasus tindak pidana siber internasional dengan modus operandi love scam, Senin (9/6). Sejumlah markas sindikat yang pusatnya di Kamboja ini digerebek. Polisi menangkap 38 orang. Sasarannya warga negara asing (WNA), terutama Amerika.
Modus yang digunakan yaitu seolah-olah menjadi perempuan. Selain itu mereka menggunakan beberapa foto perempuan yang sudah dilengkapi dengan data diri palsu.
Kemudian foto-foto tersebut digunakan untuk mengelabui dan meyakinkan para calon korban sehingga mendapatkan data yang jadi target. Korban tersebut mau mengikuti atau melanjutkan komunikasi dengan link media sosial (medsos) dan dikirimkan ke pengendali yang saat ini berada di Kamboja.
Para pelaku direkrut sebagai broadcaster oleh seseorang di Kamboja yaitu Vivi untuk melakukan kegiatan broadcast ke akun-akun medsos milik warga Amerika Serikat. Caranya dengan menyapa sebagai model wanita cantik yang membutuhkan teman. (Kerta Negara/balipost)