
MANGUPURA, BALIPOST.com – Serangan hama tikus kembali terjadi di Kabupaten Badung. Sejak awal tahun 2025, puluhan hektar sawah di wilayah ini mengalami kerusakan akibat serangan hewan pengerat tersebut.
Pekaseh dan Kelian Subak mengusulkan jalur niskala sebagai bentuk upaya penyelamatan sawah mereka, salah satunya dengan menggelar ritual unik ngaben bikul.
Ngaben bikul bukan sekadar tradisi, tapi cerminan kearifan lokal Bali dalam memandang harmoni antara manusia dan alam. Tikus yang selama ini dianggap hama, justru diberikan penghormatan terakhir melalui prosesi layaknya ngaben manusia dibakar secara simbolik dalam rangkaian upacara spiritual.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha, mengungkapkan bahwa prosesi ngaben bikul terakhir kali dilaksanakan pada 2022. Saat itu, upacara digelar dengan tingkatan sarwa preteka madya, yang dalam kepercayaan masyarakat Bali berarti memuliakan roh makhluk yang menyebabkan kerugian, agar mereka bisa bereinkarnasi ke kehidupan yang lebih baik dan tak lagi mengganggu manusia.
“Terakhir tahun 2022 kita melaksanakan ngaben bikul, kalau sekarang kami masih menunggu usulan dari petani,” kata Sudarwitha, Selasa (10/6).
Seperti diketahui, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kabupaten Badung mencatat, serangan tikus menyebabkan kerusakan pada hampir 50 hektar lahan pertanian. Kepala Diaperpa, I Wayan Wijana, menyebut kerusakan tersebar di tiga kecamatan: Mengwi (24,4 hektar), Abiansemal (12,17 hektar), dan Petang (13 hektar).
“Petani sudah rugi besar. Tikus berkembang sangat cepat dan menyerang tanaman padi yang belum waktunya panen. Akhirnya, banyak petani yang gagal panen,” ucapnya.
Untuk mengatasi persoalan ini, Dinas Pertanian menggencarkan Gerakan Pengendalian (Gerdal) bersama para pekaseh atau kelihan subak. Langkah-langkah yang ditempuh meliputi pengeropyokan (pengepungan dan penangkapan tikus), pengasapan sarang di malam hari, penyebaran racun terbatas, hingga ritual niskala seperti ngaben bikul.
Pemerintah berharap kolaborasi lintas sektor dan kesadaran kolektif petani bisa memperkuat pertahanan terhadap ancaman hama. “Kami imbau petani juga aktif menjaga kebersihan lahan dan melakukan langkah pencegahan dini. Jangan tunggu sampai serangan meluas,” tutupnya. (Parwata/Balipost)