Anggota DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan, I Nyoman Satria. (BP/Par)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Krisis air bersih yang berkepanjangan di wilayah Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, menjadi soroton sejumlah legislator. Masalah ini tidak kunjung tuntas hingga mengharuskan warga setempat membeli air tangki setiap harinya untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari.

Anggota DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan, I Nyoman Satria, melontarkan kritik tajam atas masalah tersebut. Ia menilai kegagalan ini mencoreng citra daerah yang dikenal kaya, apalagi Pecatu merupakan kampung halaman Bupati Badung Wayan Adi Arnawa.

“Masalah air jangan sampai seperti semut mati di dalam gula. Kalau Direksi PDAM tidak becus, ya diganti saja. Masa di rumah bupati sendiri air tidak mengalir? Malu kita,” tegas Satria pada Kamis (29/5).

Baca juga:  Minta Uang ke WNA, Dua Personel Polsek Kuta Disanksi Patsus

Menurutnya, minimnya suplai bersih menyebabkan warga harus membeli air bersih dengan harga tinggi, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per tangki. Kondisi ini dinilai sangat memberatkan warga, meski sebagian besar tergolong mampu secara ekonomi.

“Kami minta agar pemerintah daerah tidak tinggal diam dan segera menuntaskan persoalan ini secara konkret,” katanya.

Kritik serupa juga datang dari anggota dewan I Made Tomy Martana Putra dari Fraksi Golkar. Tomy, yang merupakan warga asli Pecatu sekaligus kerabat Bupati Badung, mengaku sering menerima keluhan langsung dari masyarakat.

Baca juga:  Pohon Tumbang Tutup Jalur Amlapura-Singaraja, Timpa Atap Rumah Warga

“Masalah air ini sudah terlalu lama. Sebagai wakil rakyat dari Pecatu, saya merasa malu. Ini harus jadi prioritas. Belum lagi masalah jalan dan penerangan, itu juga memprihatinkan,” ungkap Tomy.

Sementara itu, I Nyoman Karyana dari Fraksi Golkar menyinggung program pengolahan air laut (SWRO) yang sempat digaungkan, namun hingga kini belum terealisasi. “Jangan hanya jadi opini. Warga menunggu aksi nyata,” tegasnya.

Menurutnya, warga Pecatu berharap krisis air tak lagi menjadi momok yang harus mereka hadapi setiap hari. Di tengah geliat pariwisata, kebutuhan dasar seperti air bersih seharusnya bukan lagi menjadi masalah yang tertunda.

Baca juga:  Hari Ini Masa Kampanye Berakhir, APK Paslon Wajib Dibersihkan

Menanggapi kritik itu, Sekda Ida Bagus Surya Suamba menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah optimalisasi sumber air yang sudah ada, serta pengembangan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) untuk mengubah air laut menjadi air tawar.

“Program ini sedang dalam tahap perencanaan. Kami berharap bisa menjadi solusi jangka panjang untuk kawasan Kuta Selatan, khususnya Pecatu,” ujarnya. (Parwata/Balipost)

 

BAGIKAN