
DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Suci Waisak bukan hanya menjadi momen suci bagi umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa agung dalam kehidupan Sang Buddha yaitu ; kelahiran, pencerahan, dan wafat. Tetapi juga menjadi waktu penuh makna yang diwarnai dengan kebersamaan, doa, serta nuansa damai yang mendalam.
Di tengah perayaan yang khidmat ini, kehangatan juga tercermin lewat berbagai sajian khas yang menggugah selera. Tak hanya lezat, hidangan-hidangan ini juga sarat makna dan nilai spiritual.
Dilansir dari Kantor Berita Antara, berikut ini lima hidangan tradisional yang biasanya hadir dan menyemarakkan perayaan Waisak:
1. Kue Burgo
Sekilas mirip otak-otak gulung, kue burgo punya tekstur lembut dan rasa gurih yang khas. Perpaduan santan, kaldu ikan atau udang, serta taburan bawang goreng di atasnya bikin hidangan ini selalu dirindukan.
Kue burgo jadi menu favorit umat Buddha karena kelezatannya seolah mewakili kedamaian dan kesederhanaan ajaran Sang Buddha.
2. Tempoyak
Kalau kamu berasal dari Sumatera, pasti nggak asing dengan tempoyak. Hidangan dari fermentasi durian ini biasanya dipadukan dengan ikan atau ayam, lalu dipepes. Rasanya asam segar dengan aroma yang unik, cocok banget disantap bareng keluarga saat Waisak. Tempoyak bukan cuma lezat, tapi juga sarat makna kebersamaan.
3. Nasi Gemuk
Dari Jambi, nasi gemuk hadir sebagai menu wajib Waisak. Mirip nasi uduk, nasi ini dimasak dengan santan dan rempah, menghasilkan aroma harum dan rasa gurih yang memikat. Disajikan dengan lauk seperti telur rebus, ayam suwir, kacang goreng, dan sambal, nasi gemuk sukses bikin perayaan makin hangat.
4. Lotek
Sayuran rebus yang disiram bumbu kacang gurih ini cocok banget buat kamu yang vegetarian. Lotek sering kali dijumpai saat Waisak, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Walau mirip dengan karedok, lotek lebih ‘ramah’ perut karena semua sayurannya matang. Simpel, sehat, dan tetap nikmat!
5. Nasi Lesah
Hidangan khas Magelang ini punya bentuk seperti soto dengan kuah santan berwarna kuning. Rasanya gurih dan segar, cocok disantap hangat-hangat.
Nasi lesah bukan cuma enak, tapi juga menyimpan nilai budaya yang kental, terutama karena Magelang adalah lokasi perayaan Waisak terbesar di Indonesia, yaitu di Candi Borobudur. (Andin Lyra/balipost)