Kondisi lahan pertanian di wilayah Penebel (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Serangan hama tikus kembali menghantui petani padi di Kecamatan Penebel, Tabanan. Sebanyak 26 hektar lahan padi dilaporkan terserang, dengan tiga hektar di antaranya mengalami fuso atau gagal panen.

Total kerugian ditaksir mencapai hampir Rp 500 juta. Kondisi paling parah dialami petani di Subak Piling, Desa Mengesta.

Dari total 150 hektar lahan tanam di musim ini, sebanyak 10 hektar diserbu tikus.

Pekaseh Subak Piling, I Wayan Suka Astawa mengungkapkan, serangan mulai terjadi sejak Maret dan mencapai puncaknya pada awal April. “Tanaman diserang saat umur dua bulan, tepat setelah penyiangan gulma. Tikus menyerang dari tengah petakan hingga ke pinggir pematang. Yang tersisa hanya baris-baris pinggir,” ujarnya, Kamis (8/5).

Baca juga:  Siasati Belum Adanya Wisman ke Bali, Perlu Dirancang Paket Wisata Premium

Berbagai cara pengendalian sudah dilakukan petani, dari memasang racun tikus, menyemprot cairan berbau menyengat, hingga menggunakan obat klerat dari penyuluh pertanian.

Namun, semua upaya itu belum menunjukkan hasil signifikan. Akibatnya, hasil panen pun anjlok. “Di lahan yang terserang, hasil panen tinggal setengah dari biasanya. Dulu dapat enam ton per hektare, sekarang paling tiga ton,” lanjutnya.

Meski penyuluh dari Dinas Pertanian Tabanan sudah turun tangan memberikan edukasi dan mendata kerusakan, serangan tikus masih terus berlanjut. Pendataan kerugian pun masih dilakukan di lapangan.

Baca juga:  Vario Goes To Campus, Edukasi Teknologi Terbaru Honda

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, I Putu Purnayasa, menyampaikan bahwa total serangan tikus dari Januari hingga April 2025 mencapai 23 hektar.

Dengan rincian: kerusakan ringan 6 hektar, sedang 10 hektar, berat 7 hektar, dan fuso 3 hektar. “Asumsi kerugian per hektar mencapai Rp 33,21 juta. Jika dijumlahkan, total kerugian mencapai Rp 489.847.500,” jelasnya.

Rinciannya, kerugian dari lahan fuso sebesar Rp 99.630.000, kerusakan ringan Rp 49.815.000, kerusakan sedang Rp 166.050.000, dan kerusakan berat mencapai Rp 174.352.500. Kondisi ini menunjukkan perlunya penanganan lebih sistematis dan kolaboratif dalam mengendalikan hama tikus, agar petani tak terus menjadi korban kerugian berulang. (Puspawati/Balipost)

Baca juga:  Bandara Ngurah Rai Siapkan Parkir Bertingkat, Telan Dana Rp 250 Miliar
BAGIKAN