Warga berusaha menarik kapal cepat Bali Dolphin Cruise 2 ke tepi pantai di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (5/8). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Dalam sebulan terakhir, ada dua insiden pelayaran yang merengut korban jiwa terjadi di Bali.

Kapal cepat Doplhin Cruise 2 tenggelam di alur masuk Pelabuhan Sanur pada Selasa (5/8), sementara KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu (2/7) di perairan Selat Bali dalam pelayaran dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk.

Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Edy Prakoso menilai dua insiden kapal tenggelam yang terjadi beruntun di perairan Bali dalam sebulan terakhir harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh terhadap keselamatan pelayaran. Terutama, terkait muatan kapal, kelayakan armada, serta respons terhadap kondisi cuaca buruk.

Ia menekankan pentingnya pembenahan sistem keselamatan pelayaran secara menyeluruh oleh otoritas terkait pusat maupun daerah, termasuk operator kapal, agar kejadian serupa tidak terulang.

Basarnas dalam hal ini memberi perhatian khusus dugaan jumlah muatan yang tidak sesuai dengan kondisi kapal yang dapat meningkatkan kerentanan, karena kondisi cuaca di perairan Bali rawan bergelombang tinggi hingga terpaan angin kencang.

Baca juga:  Kenaikan Tarif di Obyek Wisata Badung Harus Dibarengi Peningkatan Pelayanan dan Infrastruktur

Hal itu sebagaimana peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada periode 7–10 Agustus 2025 bahwa ada potensi gelombang tinggi berkisar 2,5–4,0 meter di perairan Samudra Hindia selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Betul. Pengalaman insiden KMP Tunu seharusnya sudah menjadi catatan penting keselamatan pelayaran,” kata Edy Prakoso dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (7/8).

Edy juga mengungkapkan keprihatinan atas insiden kapal tenggelam tersebut yang telah menyebabkan korban meninggal dan juga kerugian materi akibat kerusakan kapal dan barang hingga kendaraan para penumpang.

“Prihatin untuk kapal kecil dimuat segitu banyak penumpang (Doplhin Cruise 2), semoga pihak terkait bisa lebih memperhatikan kejadian tersebut, sehingga tidak mengurangi niat wisatawan karena bagi mereka keamanan dan kenyamanan menjadi hal utama,” kata Edy Prakoso.

Baca juga:  Bali Masih Zona Merah dan Orange, Ini Panduan Shalat Idul Fitri Cegah COVID-19

Sebagai informasi, kapal cepat Bali Dolphin Cruise 2 tenggelam pada Selasa (5/8) sekitar pukul 15.15 WITA di alur masuk Pelabuhan Sanur, Denpasar. Kapal tersebut mengangkut 75 penumpang dan lima Anak Buah Kapal (ABK).

Total korban selamat insiden Bali Dolphin Cruise 2 berjumlah 77 orang, sementara tiga orang meninggal dunia, termasuk dua wisatawan asing asal China.

Basarnas melalui Kantor SAR Bali menyatakan operasi pencarian resmi dihentikan setelah seluruh korban ditemukan. Korban terakhir bernama I Kadek Adijaya Dinata (23), ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Rabu (6/8) sekitar pukul 13.00 Wita, terdampar di bibir Pantai Padang Galak.

Baca juga:  Presiden Prabowo Tetapkan 10 Hari Cuti Bersama di 2025, Ini Rinciannya

Sementara untuk KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 53 penumpang dan 12 ABK serta 22 kendaraan itu tenggelam dalam pelayaran di perairan Selat Bali pada 2 Juli 2025. Jumlah korban selamat tercatat 30 orang, 18 korban ditemukan meninggal, dan 17 korban lainnya masih dinyatakan hilang dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.

Manifest KMP Tunu Pratama Jaya diduga tidak valid, karena adanya perbedaan jumlah penumpang dan kru yang tercatat dalam daftar penumpang itu dengan jumlah yang sebenarnya, setelah beberapa keluarga korban melaporkan ke posko pengaduan, bahwa nama anggota keluarga mereka tidak terdaftar dalam manifes meskipun mereka menaiki kapal tersebut.

Peristiwa kapal tenggelam ini semuanya sudah dalam penanganan tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). (kmb/balipost)

BAGIKAN