
DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk memperkuat keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan, selama dua pekan libur Galungan dan Kuningan, para pelajar di Denpasar diminta mentransformasikan nilai agama dan budaya.
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar Anak Agung Gede Wiratama, Senin (21/4) mengungkapkan sekolah di Bali libur selama dua pekan mulai dari 21 April sampai dengan 2 Mei 2025. Siswa mulai bersekolah pada Senin (5/5).
Menurutnya libur hari raya Galungan dan Kuningan ini sudah sesuai kalender pendidikan Bali tahun ajaran 2024/2025. Selama libur panjang tersebut, pendalaman sraddha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa perlu ditingkatkan. Di samping itu, libur hari raya juga dapat digunakan untuk mentransfer nilai-nilai agama, budaya, dan karakter.
“Dengan begitu, anak didik betul-betul mendapatkan pengayaan yang matang tentang ajaran agama yang dianutnya. Demikian juga pengayaan mereka terhadap budaya,” ujarnya.
Agung Wiratama menyebutkan, ada tiga hal pokok yang baik diberikan kepada pelajar dan pemuda dalam membentuk karakter. Pertama, mengetahui tentang jati diri mereka. Pada fase ini pelajar biasanya ada pada kondisi labil dan sedang mencari jati diri.
Kedua, sebagai momentum pemuliaan pada budaya dan kearifan lokal. Budaya dan kearifan lokal banyak berisi nilai kehidupan sehingga dapat mengasah daya cipta, rasa dan karsanya sebagai kekuatan individu menghadapi perubahan peradaban.
Ketiga menjunjung agama sebagai kekuatan keyakinan untuk memuliakan harkat, derajat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Karena agama mendorong manusia berpegang teguh dengan cara hidup yang selalu mematuhi kebaikan dan kebenaran.
Orangtua pun diimbau agar melibatkan anak-anak dalam membuat sesajen atau perlengkapan sarana ritual lainnya agar liburan tersebut bermanfaat dan memperdalam pemahaman anak-anak tentang nilai-nilai budaya dan agamanya. Orangtua juga diharapkan mampu memberikan penjelasan secara sempurna makna di balik ritual tersebut.
Ditegaskan, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, namun juga berlangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat. “Pendidikan tak hanya mengejar angka-angka, tetapi juga mengutamakan budi pekerti. Keberhasilan anak-anak dalam menempuh pendidikan juga diukur dari segi moralnya. Mengisi libur hari raya ini, mereka (siswa) bisa diperkenalkan dengan tatanan kehidupan adat dan masyarakat Bali, mempererat ikatan kekerabatan dengan rekan-rekannya di banjar maupun nilai-nilai positif lokal genius lainnya,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)