Sejumlah penjor yang sudah jadi siap dipasang sebagai kelengkapan perayaan hari suci Galungan. (BP/Agus Pradnyana)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Menjelang perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, tradisi membuat penjor kembali dilakukan oleh umat Hindu di Bali.

Penjor, simbol kemenangan dharma melawan adharma, merupakan bagian penting dari perayaan Galungan.

Namun, tahun ini harga berbagai perlengkapan penjor seperti janur, hiasan kolong-kolong, padi, hingga sampian mengalami kenaikan hingga puluhan persen dibandingkan Galungan sebelumnya.

Pemilik Dendi Yadya, I Putu Gde Dendi Saputra, menyampaikan bahwa kenaikan harga tidak bisa dihindari karena bahan pokoknya juga mengalami lonjakan.

Baca juga:  OSA di Gianyar, 11 Tersangka Diamankan

“Jelas naik, karena bahan pokoknya naik. Maka dari itu, semua harga alat penjor ikut naik,” ujar Dendi, Senin (21/4).

Ia menambahkan, perlengkapan penjor, salah satunya kolong-kolong menjadi bahan yang paling banyak diburu oleh konsumen. Bambu penjor yang digunakan, kata dia, juga masih diambil dari Bali.

Meskipun tersedia paket penjor lengkap, menurut Dendi, sebagian besar umat lebih memilih membeli perlengkapan secara lepasan, sesuai kebutuhan masing-masing.

Baca juga:  Jam Operasional Usaha Diawasi

I Nyoman Ngurah Sentana, pedagang perlengkapan penjor lainnya juga merasakan hal yang sama. Ia menyebutkan bahwa harga janur dan kolong-kolong yang sebelumnya Rp30.000, kini naik menjadi Rp40.000 per ikat.

“Naik semua, dari janur, kolong-kolong, sampai tali selang dan kober. Yang paling banyak dibeli sekarang itu janur, padi, kolong-kolong, sampian penjor, dan sanggah penjor,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa umat lebih banyak memilih membeli perlengkapan secara terpisah ketimbang langsung memesan penjor jadi. (Agus Pradnyana/balipost)

Baca juga:  Webinar #Cari_Aman Selamat di Jalan Bersama Honda dan SMAN 5 Denpasar
BAGIKAN