Ketua KPU Kabupaten Buleleng, Komang Dudhi Udayana (kanan) memberikan keterangan didampingi Ketua KPU Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan (tengah). (BP/yud)

TABANAN, BALIPOST.com – Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di seluruh Bali rata-rata di bawah target. Pihak penyelenggara mengklaim telah melakukan berbagai upaya, namun di beberapa daerah justru terjadi penurunan angka partisipasi pemilih dibandingkan Pilkada 2020. Faktor kejenuhan pemilih disinyalir menjadi faktor penyebab.

Di Tabanan, target yang dipasang KPU untuk partisipasi pemilih sebanyak 85 persen. Namun dari rekapitulasi suara yang masih sedang berlangsung, diperkirakan partisipasi pemilih mencapai 83,21 persen.

Ketua KPU Tabanan, Wayan Suwitra mengatakan partisipasi masyarakat menurun dibandingkan pilkada 2020 yang mencapai 89 persen. Meski demikian, Suwitra menyampaikan apresiasi kepada pemilh dan penyelenggara pilkada. “Partisipasi masyarakat dalam pilkada ini menunjukkan apresiasi terhadap proses demokrasi,” tambahnya.

Sementara itu di Badung partisipasi masyarakat mengalami penurunan. Berdasarkan data KPU Badung partisipasi pemilih tercatat sebesar 77,03 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan Pilkada 2020, yang mencapai 84,06 persen. “Berdasarkan catatan kami, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 mencapai 77,03 persen. Padahal, target kami adalah di atas 80 persen,” ungkap-
nya saat dihubungi, Jumat (29/11).

Baca juga:  Pidato Akhir Tahun, Gubernur Koster akan Jalankan Perlindungan Besakih

Angka di bawah 70 persen untuk partisipasi pemilih tercatat di Buleleng yang hanya 64,7 persen jauh dari target KPU Buleleng yakni 75 persen.

Ketua KPU Kabupaten Buleleng, Komang Dudhi Udayana mengatakan angka ini masih bisa berubah. Kecamatan Kubutambahan menjadi kecamatan terendah, sedangkan Kecamatan Gerokgak yang tertinggi. “Partisipasi pemilih sementara ini dari yang kami hitung 64,7 persen. Tapi angka ini masih bisa berubah,” kata Dudhi.

Angka partisipasi pemilih terendah tercatat di Denpasar. Berdasarkan sejumlah data yang dihimpun, angka partisipasi pemilih hanya mencapai 57,90 persen. Beberapa pihak mensinyalir rendahnya partisipasi pemilih di Denpasar merupakan konsekuensi dari daerah dengan jumlah penduduk urban terbanyak. Kaum urban merasa tidak memiliki kepentingan lngsung dengan pemilihan kepala daerah karena berasal dari daerah luar Bali.

Baca juga:  Kejurnas Grasstrack Piala Danrem di Perancak

Tidak mudah meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam pilkada. Berdasarkan data-data yang ada, setiap pilkada angka partisipasi pemilih mengalami fluktasi namun rata-rata selalu berada di bawah angka partisipasi pemilih di pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan
presiden (Pilpres).

Berbagai upaya telah dilakukan pihak penyelenggara dalam hal ini KPU. Ketua KPU Provinsi Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan
mengatakan, pihaknya membidik agar Generasi Z (Gen Z) mau menggunakan hak pilihnya. Caranya dengan melibatkan Gen Z sebagai penyelenggara pemilihan. “Dengan mereka terlibat, paling tidak sebagai petugas KPPS, akan mengajak teman-temannya datang ke TPS untuk memilih,” kata dia.

Baca juga:  Sekda Adi Arnawa Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi di Balai Budaya

Dudhi menambahkan pihaknya telah melakukan sejumlah sosialisasi termasuk melalui baliho ataupun banner ajakan memilih hang dipasang di Denpasar, Badung hingga Gianyar. Mampanye dengan baliho itu digalakkan mengingat banyak warga Buleleng yang merantau. “Kita sudah upayakan itu. Namun, banyak warga masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya saat pencoblosan,” ungkap Dudhi.

Ketua KPU Badung, I Gusti Ketut Gede Yusa Arsana Putra, tidak mengatakan tingkat partisipasi pemilih memang fluktuatif. “Partisipasi pemilih pada beberapa Pilkada sebelumnya memang fluktuatif. Contohnya, Pilkada 2005 mencapai 82,32 persen, 2010 sebesar 73,95 persen, 2015 turun menjadi 68,34 persen, dan pada 2020 meningkat menjadi 84,06 persen. Sekarang, angkanya turun menjadi 77,03 persen,” jelasnya. (Puspawati/Nyoman Yudha/Parwata/balipost)

BAGIKAN