Suasana Pasamuhan Uttama Sulinggih Hindu Dresta Bali di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (22/2). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Para Sulinggih Hindu Dresta Bali dari Pasametonan-Pasametonan yang ada di Bali berinisiatif mengadakan Pasamuhan Uttama Sulinggih Hindu Dresta Bali bertempat di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (22/2). Pasamuhan Uttama Sulinggih yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali, Wayan Koster ini dimaksudkan untuk bersama-sama menjaga tradisi budaya Hindu Dresta Bali dari pengaruh aliran luar yang tidak sesuai dengan warisan leluhur Bali.

Dalam sambutan pembukaannya, Gubernur Koster mengatakan bahwa sangat salut dan mengapresiasi tinggi inisiatif langsung para Sulinggih Dresta Bali menyelenggarakan Pasamuhan ini. Lebih lanjut, Gubernur Bali mengharapkan agar hasil Pasamuhan Uttama Sulinggih Dresta Bali ini bisa disinergikan dengan Visi, Misi, dan Program Pemerintah Provinsi Bali, yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

“Kita bersama sangat perlu solid, kompak, saling bahu-membahu, bersinergi agar mampu menjaga taksu Alam dan Budaya Bali, karena Bali hanya punya warisan budaya yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Bali. Ini yang membuat wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Bali, dan perlu diingat. Bali tidak punya sumber daya alam ataupun pabrik-pabrik sebagai sumber pendapatan rakyat Bali yang bisa diandalkan. Modal utama kita di Bali adalah adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal,” tegasnya.

Baca juga:  Kursus Teologi Hindu Pinandita

Untuk pertama kali, Pasamuhan Uttama ini dihadiri oleh 50-an Sulinggih Dresta Bali dari Pasametonan-Pasametonan yang ada di Bali. Antara lain, Ida Pedanda Siwa, Ida Pedanda Buddha, Ida Pandita Mpu Pasek, Sira Mpu Pande, Ida Rsi Bhujangga, Ida Rsi Agung, Ida Bhagawan, Ida Dukuh, dan Jro Sengguhu, perwakilan dari Bali Aga. Para Sulinggih ini berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali.

Pasamuhan yang berlangsung sangat guyub, gilik-saguluk, mulai pukul 10.00 Wita sampai pukul 14.00 Wita ini menghasilkan kesepakatan bulat membentuk lembaga Sabha Kretha Sulinggih Hindu Dresta Bali. Sebagaimana tercermin dari namanya, lembaga ini merupakan wadah khusus bagi Paruman Para Sulinggih Hindu Dresta Bali. Kepengurusannya bersifat kolektif kolegial, ada di tingkat Provinsi Bali sampai Kabupaten/Kota di seluruh Bali.

Untuk pertama kali kepengurusan di tingkat Provinsi Bali disepakati secara bulat sebagai Dang Kretha, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyanda, dan sebagai Sabha Widata, Ida Rshi Agung Pinatih Kusuma Yoga. “Tujuan utama kami bersama-sama Sulinggih Dresta Bali semua Pasametonan membentuk Sabha Kretha Sulinggih Hindu Dresta Bali ini adalah untuk guyub dan rukun menjaga Hindu Dresta Bali dan ngayahin umat Hindu di semua Kahyangan Jagat sampai Kahyangan Desa di Bali,” ujar Dang Kretha, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyanda.

Baca juga:  Kasus Pelanggaran Pemilu, Rumana Divonis Satu Bulan Penjara

Dijelaskan lebih lanjut, bahwa dalam langkah-langkah kelembagaan ke depan, Sabha Kretha Sulinggih Hindu Dresta Bali berharap mampu mengembalikan sistem Diksa yang sesuai dengan dasar susastra dan Dresta Bali. Kedua, menyelamatkan adat istiadat, tradisi, budaya, serta kearifan lokal tetamian Leluhur Lelangit Bali. Ketiga, secara bersama-sama mampu menjaga taksu Hindu Dharma, khususnya Hindu Dresta Bali, untuk kesatuan dan persatuan serta kejayaan tanah-air Indonesia, untuk merawat keberlangsungan kebhinneka-tunggalikaan Nusantara.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda menegaskan, bahwa keorganisasian Sabha Kretha Sulinggih Hindu Dresta Bali ini di berbagai tingkatan masing-masing diorganisir oleh 9 (Sembilan) Sulinggih dari Pasametonan Hindu Dresta Bali. Para Sulinggih ini dipastikan lahir dengan sistem Padiksaan yang sesuai dengan dasar Susastra dan Dresta masing-masing Pasametonan yang telah diwariskan oleh para Leluhur Lelangit di Bali.

Baca juga:  Buka Pesamuhan Sulinggih, Bupati Badung Harapkan Ada Persamaan Persepsi Tentang Upacara Tumpek

Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda menambahkan, Bali patut tetap diharumkan dengan menjaga kerajegan agama, adat-istiadat, dresta, tradisi, seni budaya, serta kearifan lokal yang diwariskan oleh Leluhur Lelangit Bali. Langkah ini sudah sepatutnya dimulai dengan mengukuhkan dan menguatkan secara sungguh-sungguh kedudukan, peran, fungsi, tugas, dan kewenangan Desa Adat. Untuk itu, pemimpin Bali di berbagai tingkatan, Prajuru Desa Adat, dan seluruh Krama Desa Adat diharapkan supaya seleg (tekun, rajin, dan penuh disiplin), tragia (sadar dan waspada), ngayah (suka rela bergotong-royong) berdasarkan Dharma menjadikan Bali kembali menjadi Padma Bhuwana, Pusat Peradaban Dunia.

“Kita tata dan bangun Bali kembali berdasarkan tattwa (filosofi) Pulina Bali. Kesadaran ini patut dibangkitkan terlebih dahulu, sebagai dasar pedoman mengukuhkan pelaksanaan Dresta gama-nigama Bali. Jangan elek (malu), jangan kasep tangkis (terlambat),” tegas Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda. (kmb/balipost)

BAGIKAN